Untold Story : Terima Kasih Telah Menemani Kakang Lima Tahun Ini


"Amam, kenapa Allah kasih Kakang gini?"

Pertanyaan yang dia ajukan cukup menghujam, membuat bibir tak sanggup begitu saja menjawab. Percakapan yang cukup serius ketika kami sudah berada di bed RS, bersiap menghadapi tindakan polydactyl surgery yang direncanakan bertahun-tahun lalu.

Aku menghela nafas, memilah jawaban terbaik untuk Kakang. Anak lelaki pertamaku dan Apap Rahimahallah yang menjadi anugerah terindah setelah penantian panjangku lima tahun lamanya.

Dia seorang pejuang tangguh, bahkan diusianya yang belum genap 6 tahun ia akan menghadapi operasi besar. Qodarullah anak lelakiku memiliki dua jempol tangan kanan yang bercabang. Sejak lahir aku tak pernah berusaha menyembunyikan apa yang menjadi khasnya, ia pun tumbuh dengan rasa percaya bahwa ia terlahir istimewa.

Aku paham pertanyaannya tadi terlontar di tengah guncangan rasanya yang mungkin tengah khawatir, ditambah rasa sakit jarum suntik yang sudah mengenai kulitnya. Jika selama ini Amam dan Apapnya  berkata bahwa jempol ganda ini menjadi pemberian Allah yang spesial untuk Kakang, maka mengapa kini ia saat ini harus berada di RS dan melakukan insisi? Mungkin begitulah pikiran yang berkecamuk dalam dirinya.

Penerimaan Kami Sejak Ia Lahir Ke Dunia

Sejak Kakang terlahir di dunia, tidak adanya satu niatan pun menutupinya keberadaannya. Ia sama dengan anak lainnya, bermain motorik halus dan kasar sesuai usianya. Aku pun membiasakannya melakukan segala sesuatu dengan tangan kanannya. Ada kalanya ia cepat merasa frustasi, tetapi aku tak lelah menyemangati agar ia mencobanya kembali.

Sebagaimana yang aku dan Apap Rahimahallah sampaikan pada Kakang, bahwa pemberian Allah ini sesuatu yang istimewa. Unik, bonus cinta kasih Allah padanya.
Namun, seiring dengan pertumbuhannya ada bagian yang menjadi kegelisahan dan menjadi bahan perenungan panjang kami. Hingga memilih keputusan ini. 

Tak banyak kisah yang aku ceritakan sejak ia lahir mengenai hal ini, sebab aku memilih sibuk membentuk, menanamkan empowering beliefe pada Kakang. Ia adalah harta yang paling berharga, terlahir indah dan sempurna di mata kami orang tuanya. Ia adalah anugerah tiada dua yang pernah kami miliki di dunia.



Polidaktili (Penyebab, Jenis dan Penanganan) 

Mengutip dari laman Alodokter, istilah polidaktili berasal dari bahasa Yunani, yaitu “polys” yang berarti banyak dan “daktylos” yang berarti jari. Polidaktili termasuk salah satu kelainan bawaan lahir yang paling umum terjadi dan dialami oleh sekitar 1 dari 1000 bayi. Hal ini bisa terjadi pada salah satu maupun kedua tangan atau kaki

Adanya penyebab genetik bisa dijadikan suatu alasan ketika seorang anak mengalami polidaktili. Bahkan bisa saja terjadi karena kondisi kesehatan ibu dan bayi ketika berada di dalam kandungan. Ada beberapa faktor yang bisa membuat seorang anak berisiko lebih tinggi mengalami polidaktili.
Seperti ibu menderita diabetes, anak dari ibu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas, anak dari ibu yang memiliki epilepsi, berat badan anak lahir rendah.

Semua yang dijabarkan di atas tidak cocok satupun pada kasus Kakang. Penyebab genetik, sepemahamanku tidak ada yang sama. Aku sebagai ibunya sehat sepanjang masa kehamilan, serta berat badan Kakang saat lahir pun cukup dengan berat 3 kg.

Pada kasus Kakang, polidaktili ini berjenis preaxial. Dimaba memiliki jari tambahan di sisi luar ibu jari tangan.

Kebanyakan kasus ini bisa dibiarkan sampai dewasa jika tidak ada masalah dan atau gsngguan terhadap kesehatan. Adapun jenis penanganannya bisa dilakukan dengan cara klip vaskular atau dengan tindakan operasi.

Melihat penjabaran di atas, tentu saja hal ini sangat jarang terjadi pada anak-anak. Kemungkinan ada 1 dibanding 10 anak lainnya. Qodarullah kami menjadi bagian spesial itu. Semua berasal dari Allah, dan kami menerimanya dengan penuh rasa syukur bahkan sejak hari pertama Kakang tiba di dunia.

Terlebih Apap Rahimahallah, aku masih mengingat jelas tetesan air mata yang tak mampu di bandungnya saat mendengar tangis bayi yang ia nantikan 5 tahun lamanya ini. Kejadian itu masih melekat di ingatan, takkan lekang dimakan usia.

Awal Mula Rencana Tindakan Operasi

Bukan keputusan yang mudah memang menjalani ini semua. Inginnya setiap ibu, memiliki anak-anak yang sehat, tumbuh kembang dengan sehat sempurna seperti kebanyakan lainnya. Namun, inilah jalan lain bagi kehidupan kami selanjutnya.

Sepeninggal suami, Apap Rahimahallah tentu saja semua keputusan tentang anak-anak sepenuhnya ada di tanganku sebagai ibunya. Kembali menimbang dan mengulur waktu sejak setahun yang lalu. Namun, jika diingat kembali ini bukan keputusan kemarin sore. Rencana ini sudah kami bicarakan bahkan di tahun 2018.

Allah belum izinkan karena menurut dokter bedah, anak harus setidaknya diatas dua tahun untuk siap berada di meja operasi. Maka kami kembali lagi di akhir tahun 2019, teringat aku tengah hamil besar Adik saat itu. Ternyata, masih belum jodoh dengan waktunya. Sampai tanggal operasi ditetapkan, Kakang malah sakit berkepanjangan, lalu ketika Kakang sehat dokter bedah orthopedi yang telah kami sepakati menjalankan ibadah haji. Terpaksa kami tunda kembali rencana besar ini.

Sampailah di awal bulan Juni ini, bahkan rencana ini pun sudah masuk di bulan Mei awal. Lagi-lagi Kakang terserang pilek setelah siap jadwal masuk RS. Kembali aku pasrah, berserah kepada Allah Sang Maha Segala.

Lantas, mengapa harus dilakukan tindakan?

Mengapa tidak dibiarkan saja?

Mengapa seakan memaksakan anak?

Aku hanyalah manusia biasa yang tak luput dari segala rasa khawatir dan perasaan lainnya.
Sungguh keputusan ini menjadi keoutusan yang berat, aku bahkan berulang kali menimbang. Berharap tindakanku ini merupakan sebuah keputusan yang tepat. Menjadi jalan kebaikan untuk Kakang kelak saat dirinya tumbuh dewasa.

Alasan Melakukan Tindakan Operasi

1. Ruas jari tidak dapat menekuk

Setelah berdiskusi dengan orang tua, semua keputusan untuk mengambil tindakan operasi ditujukan untuk mengembalikan fungsi. Ini tentu mengingat tumbuh kembang Kakang di masa yang akan datang.

2. Estetika, menjadi pemikiran terakhir bagi kami. Walaupun tentu aku sebagai ibunya takkan mampu menjaganya setiap waktu, seiring bertambahnya usia ia akan menghadapi kehidupan sosialnya yang mungkin bisa saja tak selamanya membuat ia merasa nyaman.

Prosedur, Proses dan Tata Laksana Operasi

Hingga tiba saatnya menghadapi Kakang menjelang sekolah jenjang pertama. Ia akan menjadi dirinya yang utuh saat itu, aku mungkin tak akan mampu lagi mendampingi 24 jam. Semakin mendekati waktu sekolah, keputusan yang memang cukup berat ini akhirnya harus aku tempuh. Aku kuatkan kakiku untuk menemui dokter spesialis tulang.

Kepindahanku kembali ke Bandung menjadi alasan kuat untuk melakukan tindakan di RSKB Halmahera. Setelah menjadwalkan konsultasi, tanggal 7 Mei 2022 setelah Lebaran kami menemui dr. Herry Herman, Sp.OT kembali. Sesungguhnya ini pertemuan ke-3 kalinya untuk melakukan konsultasi dengan dr. Herry, karena kami telah melakukannya di tahun-tahun sebelumnya. Mungkin Allah beri kesempatan lain untuk kami mempersiapkan diri. Walau tentu saja tahun ini bagiku lebih berat, mengantarkan Kakang ke RS tanpa ditemani Apap Rahimahallah. Berjuang menahan gempuran perasaan sentimentil lainnya.

Prosedur Menjelang Operasi

dr. Herry mengatakan bahwa Kakang sudah sangat cukup kuat dan memenuhi syarat melakukan tindakan. Aku bahkan sempat bercerita bahwa setelah kami konsultasi beberapa tahun lalu, malah Apapnya yang di panggil Allah berpulang terlebih dahulu. Aku ingat dengan baik, bahwa dulu Apaplah yang selalu menjaga Kakang dengan rencana ini. Kakang kecil menurut saja karena waktu itu mungkin pemahamannya yang masih terlalau sederhana.

Namun, tidak dengan kunjungan kali ini. Kakang tentu saja telah banyak memiliki rasa takut. Cukup alot pembicaraan kami sampai aku tanyakan dengan baik, apakah Kakang menginginkan tindakan operasi ini dilanjutkan?

Aku tidak ingin menjadi pihak yang paling keras dalam keputusan ini, walaupun aku tahu ini baik untuknya. Tapi, Kakang sendiri sebagai si pemilik harus punya keputusan yang sama besar untuk didengarkan. Tentu saja tak lupa aku hadirkan Allah dalam keputusan ini. 

Alhamdulillah, keputusan Kakang sepakat untuk melakukan tindakan operasi ini. Sehingga perlu melakukan beberapa tes seperti di bawah ini.

a. Pemeriksaan thorax
b. Pemeriksaan darah
c. Pemeriksaan tulang tangan yang akan di operasi
d. Dan prosedur lainnya.
Ternyata, qodarullah jalannya masih belum sampai juga. Karena dokter mencurigai ada sesuatu dalam hasil rontgen dada Kakang. Ada baiknya jika kami mendiskusikannya pada dokter anak terlebih dahulu
Ya Allah ada apa lagi ini?
Baru saja ingin memulai kembali, tetapi  sudah terganjal lagi.

Konsultasi Pada Dokter Anak

Maka kuputuskan untuk menahan dulu keputusan maju melakukan tindakan operasi ini. Tentu saja aku tak mau gegabah melakukan semuanya. Terbayang - bayang bagaimana perasaan menghadapi saat-saat itu. Maka aku ingin memastikan Kakang dalam keadaan sehat terlebih dahulu.

Tanpa menunggu lama, kami menuju Prof. Dr. Dany Hilmanto, dr. Sp. Ak, dokter anak di daerah dekat rumah. Konsultasi sekaligus kroscek karena bulan Februari kami baru saja melakukan konsultasi terkait Kakang dan beliau menyatakan semua dalam keadaan baik. 

Kunjungan kami pun di sambut baik Prof. Dany dengan penjelasanku yang menyatakan bahwa Kakang berencana akan  menghadapi operasi pengangkatan polydactyl. Sedangkan dicurigai adanya TB paru, maka kami perlu saran Prof untuk menindaklanjutinya.

Setelah melakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis, Prof memeriksa hasil foto thorax dan menyatakan bahwa Kakang baik-baik saja dan memungkinkan melanjutkan tindakan operasi. Hasil foto thorax yang ramai, hanya bekas terdahulu. Memang setelah pengobatan dan tuntas, kondisi paru pada penderita TB paru takkan seutuhnya pulih, bagai kaca yang telah retak. 

Pada saat itu, Kakang pun menarik nafas lega. Menceritakan apa yang disampaikan Prof. Dany kepada Encim (neneknya) dirumah, sambil berulang kali mengucap Alhamdulillah.
Bukan hanya Kakang, tetapi aku pun merasakan kelegaan yang luar biasa. Sampai ada masukan lain yang mengarahkan untuk mencari second opinion.

Aku memikirkan masukan ini dan memutuskan untuk kembali pada Prof. Dr. H. Azhali MS, SpAK. Dokter anak yang memegang Kakang sejak kecil. Bahkan melakukan pengobatan TB paru sampai tuntas tahun 2018 lalu.

Kemarin tidak langsung memilih kembali pada Prof. Azhali dikarenakan terkait jarak. Soreang - Citarum cukup jauh ditempuh. Namun, ternyata pada akhirnya harus kembali padanya di saat-saat seperti ini agar memastikan semuanya dalam keadaan sehat.

Kembali menjelaskan maksud konsultasi kami pada Prof. Azhali, kemudian Prof melakukan pemeriksaan klinis, lalu meminta Kakang melakukan uji laboratorium sebelum Prof menarik kesimpulan.
Terpaksa bolak balik menuju Citarum untuk menunggu hasil keesokan harinya. Namun, pernyataan Prof. Azhali menenangkan semua pikiran berisik yang berlarian sepanjang jalan kala itu.

Kakang dinyatakan sehat dan sangat memungkinkan melanjutkan tindakan operasi. Aku keluar ruang praktek Prof. Azhali dengan langkah lebih ringan. Mengatur degup jantung yang tak teratur. Duduk-duduk di luar tempat praktek Prof sambil menikmati susu dingin. Secara bersamaan, seluruh kenangan bersama Apap Rahimahallah di tempat praktek Prof. Azhali terbayang sudah. 

"Pap, Amam sekarang disini, kembali konsultasi untuk melakukan tindakan operasi Kakang seperti yang kita lakukan dulu. Amam cukup lelah, tetapi tahu bahwa ini hanyalah permulaan dari semua yang kita rencanakan. Sedikit lagi Pap, insyaallah sedikit lagi. Peluk Amam dari sana Pap, hingga mampu menguatkan Amam sampai akhir detik itu tiba.

Lalu aku tak bisa mengendalikan diri, genangan panas tak kuasa ditahan lagi.

Proses Menjelang Operasi

Qodarullah Kakang terkena pilek, tentu saja kami harus menunggu kembali ia sehat. Sampailah dua minggu berselang, aku rasa Kakang sudah lebih baik. Maka kembali menanyakan Kakang tentang rencana dan kesiapannya. Ada sedikit rasa khawatir yang tergambar dari wajahnya, menjelang hari itu ia bahkan lebih banyak melamun. Namun, tiba-tiba ceria seperti biasanya.

Aku paham kondisi ini merupakan saat-saat terberat bagi kami. Aku tidak serta merta mengatakan, "Jangan takut!" Karena sesungguhnya aku lebih merasa cemas dibandingkan dirinya. Aku mencoba memvalidasi seluruh perasaan Kakang. Dan memilih untuk berkata, "Kakang cemas ya, apa yang harus Amam lakukan supaya berkurang rasa cemasnya? Kakang mau Amam temani sampai mana?"

Percakapan yang berlangsung kembali saat kami memutuskan untuk masuk RSKB Halmahera, Selasa, 7 Juni 2022 kemarin.

Selasa, 7 Juni 2022

Aku cukup yakin kali ini, membawa surat rekomendasi dari kedua Profesor yang menyatakan Kakang dalam keadaan sehat dan memungkinkan melakukan tindakan operasi. Setelah mengepak beberapa perlengkapan selama di RS, sore harinya kami berangkat menuju RSKB Halmahera.

Kakang memilih untuk ditemani sepanjang waktu, maka aku coba diskusikan pada dr. Herry untuk izin menemani Kakang sampai di ruang operasi. Setidaknya sampai ia tertidur paska diberikan anestesi. Alhamdulillah, dokter menyetujuinya. Doaku kala itu, "Ya Allah jika Kau izinkan lancarkan hari ini, prosesnya, sampai Kakang kembali sehat tanpa meninggalkan sakit lainnya. Maka lancarkanlah semuanya. Namun, jika berkehendak lain. Aku putuskan ini menjadi yang terakhir. Aku takkan melakukan tindakan operasi ini selama-lamanya."
Semuanya, bahkan Allah mudahkan setiap bagiannya, Kakang juga bekerja sama di saat-saat paling mendebarkan seperti proses pengambilan darah. 


Kakang banyak melakukan negosiasi, aku tak heran karena itu yang menjadi khasnya, akhirnya pasrah menangis kencang walaupun tidak berontak saat suster-suster berusaha mengambil darahnya. Aku mencoba terus memvalidasi perasaannya, aku yakin kalimat-kalimatku panjang saat berbicara pada Kakang. Aku tak peduli terkesan berlebihan, aku hanya tak ingin meninggalkan trauma baginya.

Sejauh itu Kakang selalu kooperatif, setelah beberapa sugesti positif yang telah aku tanamkan bahkan jauh sebelum kami masuk RS. Ketika malam pertama tiba, dia bahkan banyak tenggelam dalam lamunannya saat malam mulai beranjak larut.

Berkali-kali aku pun berusaha memejamkan mata. Aku memeluknya erat-erat, padahal pikiranku juga tengah padat. Berisik dengan hal-hal yang entah. Aku melihatnya masih membuka mata, ia hanya berkata, "Kakang kangen Adik, Mam. Tuh di ranjangnya ada huruf A, A itu kan Adik, Mam."
Aku tersenyum seraya berkata, "Besok pagi kita video call Adik ya. Mungkin Adik juga kangen sama Kakang."

Malam itu, kami berdua tidur dengan gelisah dalam ruangan kamar RS. Sedangkan jadwal tindakan operasi telah ditetapkan pukul 15.00 keesokan harinya.

Rabu, 8 Juni 2022

Sepanjang malam Kakang terbangun ketika ada suara-suara terdengar. Tiba-tiba dia tersadar lalu duduk seketika, aku yakin karena ia khawatir suster yang datang mendadak. Ia mulai nyenyak tertidur pada pagi hari setelah meminum susu dan sebutir telur. Aku terpaksa membangunkannya kembali karena pukul 09.00 ia harus melakukan puasa hingga operasi. 

Pelayanan RSKB Halmahera sampai di hari kedua pun terasa sangat ramah, para suster tak memaksakan Kakang ketika akan mengambil tindakan. Teringat ketika menjelang pukul 14.00 jarum infus harus segera terpasang. Aku memohon maaf pada suster, seraya berkata, "Kakang belum siap tante."

Lalu meminta suster meninggalkan kami terlebih dahulu ketika 5 menit bujukan kami tak jua berhasil. Kakang tetap menolak, mesti briefing dan role playing sudah aku lakukan berulang kali. 

Kemudian detik demi detik berlalu, menit demi menit berlari cepat sampai sudah setengah jam aku mulai bernegosiasi dengan Kakang hingga akhirnya Kakang setuju. Namun, ketika melihat suster kembali. Ia kembali mundur, beruntung mendapatkan suster yang sangat ramah. Memahami anak kecil ini tengah ketakutan, menanti anak ini memberikan tangannya dengan ikhlas. Aku tak terbayang jika suster memaksakan memasang jarum infus di tangan Kakang, menahan tangan dan badan Kakang walau berontak. Bagaimana perasaannya, belum lagi ia harus menahan rasa sakitnya.

Akan terbentuk rasa ketidakpercayaan Kakang pada dokter, suster, RS dan terlebih aku sebagai ibunya. Hal-hal seperti itu yang sangat dihindari, sebisa mungkin Kakang sendiri yang secara sadar melakukan ini semua dengan kehendaknya sendiri.
Sampai mendekati pukul 15.00 kami belum berhasil membujuk Kakang untuk memasang infus. Suster akhirnya memberikan keputusan untuk memasang infus di ruang operasi saja. Sesaat setelah dilakukan anestesi, jadi sudah dalam keadaan tak sadarkan diri.

Hatiku semakin berdegup kencang. Lantas bagaimana cara melakukan anestesi jika tanpa memasang infus? Pemikiran awamku kembali melayang membayangkan apa yang terjadi.

Proses Tindakan Operasi

Pukul 15.00 kurang lebih suster menjemput kami. Inilah saatnya waktu yang paling dibutuhkan untukku menguatkan diri. Dengan mengucap Basmallah kami menuju ruang operasi. Raut wajah Kakang yang sangat cemas sudah tak dapat disembunyikan lagi. Ia bahkan menolak tidur di ranjangnya sendiri, menolak diantar dengan kursi roda. Ia berjalan memegang tanganku erat, ketika para suster menyambut kami di ruang operasi. 

"Halo tante, om suster. Ini Z" Sapaku riang pada mereka. Tentu saja ini hanya upayaku mengurai beragam kecemasan Kakang, tetapi tetap tidak berhasil. Bagaimana mungkin anak sekecil itu merasa nyaman di ruang operasi, sedangkan aku sendiri jika dapat dikatakan sangat lemas menghadapi ruangan yang asing dan pertama kalinya menginjakkan kaki dalam seumur hidup.

Aku membantu Kakang mengganti pakaian, memakaikan topi pelindung rambut kepala layaknya akan segera dilakukan tindakan operasi. Sempat memeluknya erat, memintanya terus mengingat Allah dengan berdzikir. Mengikuti suster menuju ruangan berikutnya, tak kalah mendebarkan ketika sudah melihat peralatan operasi lengkap dengan cahaya lampu sangat terang disana. 

"Hai," dr. Herry menyapa Kakang dengan senyumnya. 

"Ayo sini, om mau main-main nih Z"

"Kenalin ini Om..., ini Om..., ini tante..." Para dokter anastesi itu menyebutkan namanya satu per satu, mencoba mengurai perasaan Kakang. Wajah Kakang tetap saja merengut tegang, aku pikir sebentar lagi ia akan menangis. Ia berusaha menahannya dengan kuat. Mencoba permainan para dokter perlahan walau sangat terlihat ragu-ragu. 

"Ayo, Nak tiup-tiup selang ini yuk, bantu balon ini supaya mengembang!"

Aku baru menyadari ternyata begini teknik untuk mencoba Kakang tertidur. Dengan ragu Kakang mencoba beberapa tiupan, tidak sampai tuntas ia hanya mengulur waktu, lalu ia mulai menolak. Aku sudah merasa waktu yang disediakan sudah cukup lama, karena prosesnya menjadi cukup alot. Hingga aku mnyetujui keputusan dokter anestesi untuk sedikit memaksa Kakang tertidur. 

"Kang, bobo yuk. Aku memeluknya lalu mendorongnya perlahan untuk menidurkannya." Lalu dokter dengan gerak cepat memasangkan alat seperti alat bantu oksigen di hidungnya Kakang. Tentu saja dia berontak, "Tunggu dulu, tunggu... Kakang mau..."

Dalam beberapa tarikan nafas setelah dokter memasangkan alat itu, lalu Kakang tertidur. Pecahlah sudah tangis yang aku tahan sejak kemarin. Dokter anestesi mengusap kepala Kakang, kudengar ia bersholawat dan menenangkan Kakang.

Aku berbisik di telinga Kakang, berulang kali meminta maaf padanya. Memintanya segera bangun pada saatnya tiba. Meninggalkannya bersama para dokter, memohon dokter menjaganya dengan baik.

Setengah jam berlalu.

Aku dipanggil masuk ke ruangan operasi, adikku bertanya tentang kesanggupanku. Aku mengiyakan, bismillah, Allah maha menguatkan. Bagaimanapun aku yang harus menemui dokter yang ternyata menjelaskan proses operasi yang sesuai dengan rencananya. Aku menghela nafas panjang, ketika memikirkan perkataan dokter menjelang operasi. 

"Kita berdoa ya Bu, bagaimanapun juga operasi ini ada resikonya. Saya berusaha yang terbaik" 

Aku menyerahkan semuanya pada Allah, ini semua menjadi bagian dari upayaku sebagai ibunya. Mengupayakan yang terbaik bagi keberlangsungan hidupnya. Apapun hasilnya, aku serahkan pada-Nya.

Satu jam kemudian aku sudah dapat melihat Kakang kembali, proses ini tergolong cepat sekali. Padahal aku sudah menyiapkan diri jika berlangsung lebih lama lagi.

Alhamdulillah, aku bisa kembali memeluk Kakang dengan cucuran air mata haru. Bagiku ia telah melewati hal yang luar biasa. Allah menjaganya selama proses operasi, hingga mengembalikan kesadarannya penuh beberapa jam kemudian.
Keesokan harinya pun Kakang bangun, sarapan dengan baik tanpa meninggalkan kejadian buruk paska dilakukan operasi. Maka, Alhamdulillah kami diizinkan dokter pulang dengan cepat.

Proses Pemulihan

Satu minggu berselang kami kontrol kembali ke RS, membuka perban lalu membersihkannya. Dengan briefing yang telah dilakukan sebelumnya Kakang sapat melewati semua dengan baik, bahkan pada saat proses cabut benang dua minggu kemudian. Walaupun diiringi isak tangis yang memenuhi ruangan praktek dokter.

Saat itulah dokter mengatakan bahwa seluruh rangkaian ini telah selesai, jika tidak ada kejadian yang urgent, maka tidak perlu kembali kontrol. Pesan untuk Kakang, agar ia mulai mencoba menggerakkan jempolnya. Terapi melenturkan tendonnya, memberikam informasi pada kami bahwa sudah dilakukan proses penyambungan tendon supaya ruas jarinya bisa menekuk. Berharap hasilnya sesuai dengan apa yang kami impikan. Jika tidak, kami tak mengapa. Tak akan ada kecewa karena kembali kami telah berupaya sebaik-baiknya.

Saat terbitnya rentetan kisah ini, Kakang masih berada dalam proses pemulihan. Masih khawatir menggerakkan jarinya. Ia menguburkan potongan tulang jarinya di samping makam Apapnya, ia menatap lalu berkata, "Dadah tulang, makasih udah temenin Kakang ya."


Anak Adalah Tamu Istimewa Yang Kita Undang Dan Lahir Atas Izin-Nya.

Sejak Kakang lahir aku berproses menjadi seseorang yang bertumbuh menjadi sosok baru. Kehadiran seorang anak nyatanya mampu mengubah kehidupanku 180°. Banyak situasi dan kondisi baru yang terjadi ketika status ini berganti menjadi seorang ibu.

Kehadiran anak adalah hak prerogatif Allah semata. Seberapa pun kita keras berupaya jika Allah belum mengizinkan maka takkan ada hasil sesuai impian. Ada ketetapan takdir yang telah tertulis disana. Apalagi bagiku, doa-doa panjang atas keinginan kuat memiliki anak menjadi senjata terakhir saat itu. Maka dari itu ia teristimewa, aku tak ingin menyamakannya dengan apapun juga.

Jika anak adalah tamu istimewa bagi para orang tua, maka sudah selayaknya kita memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya, bukan?

Kisah yang kami miliki tentu saja takkan sama dengan kisah lainnya. Sebab setiap ibu memiliki terjal peperangannya masing-masing. Maka sudah sepatutnya untuk lebih banyak mengucap syukur atas apa yang Allah berikan.

Jika saat ini anak-anak sehat, tumbuh dengan perkembangan yang sesuai milestonenya seperti anak-anak pada umumnya. Sesekali jika mereka membuat kita kewalahan, marilah luaskan sabar sebagai teladan mereka dalam merespon setiap kejadian sebagai bekal kehidupannya kelak.

Terlebih lagi, mengingat kembali akan ada banyak alasan agar terus berucap syukur. Sebab kita tak tahu, mungkin saja perjuangan ibu dan anak di luar sana bahkan lebih dahsyat dari apa yang kita punya. 

Dalam kisah ini, bukan hanya aku yang bertumbuh. Namun ada Kakang dengan semua upayanya melewati kejadian besar ini. Dirinya mampu mengontrol emosi, mengemas ketakutan dengan caranya. Bahkan berupaya mengikuti semua arahan orang dewasa dengan pemahaman seapaadanya. Darinya lagi-lagi aku banyak mengambil hikmah.

Ya Allah, terima kasih telah menitipkannya padaku. Terima kasih telah memberikan kekuatan dan kelancaran untuk melewati hari besar ini. Aku bangga dengan semua yang ada pada diri Kakang. Semoga kelak ia tumbuh menjadi anak yang selalu mengingat-Mu dalam kebaikan, meninggalkan segala hal yang batil serta mampu menemani hari-hariku kala senja menjelang tiba.

Sending virtual hug untuk ibu hebat di luar sana, karena yakin setiap ibu rela mengenyampingkan dirinya. Ia akan melakukan yang terbaik versinya, berjuang keras demi kebahagiaan dan keberlangsungan hidup buah hati tercinta.

Catatan ini sebagai kenangan dan pengingat di suatu hari nanti, bahwa kita telah melangkah hebat sejauh ini.

Salam hangat
-Amam Chriesty -

2 komentar

  1. Barakallah Amam. Prod of youu.... Semoga Kakang tumbuh sehat, semakin percaya diri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa fiiki barakallah, makasih banyak tambahan doanya tante. Makasih banyak doa dan supportnya selalu mentor terbaikku mbak April..semua ini rampung tentu atas dorongan doa dan semangat dr mbak 🥰

      Hapus