Tahun 2021, Perjalanan Dahsyat Sepanjang Hidup


Hallo 2022!

Rasanya baru kemarin merampungkan antologi menyambut tahun 2021. Hampir semua doa dan harapan dalam buku yang tertuang agar kami diberikan perlindungan dan kesehatan. Sebab COVID-19 di penghujung 2020 masih sangat mengkhawatirkan bagi kami.

Namun, siapa sangka memulai 2021 kemarin dengan perjalan dahsyat penuh kejutan. Bahkan bagai roller coaster yang tak pernah aku impikan. Oh begini ya rasanya dunia serasa gelap gulita, walau tentu saja aku lebih suka dunia seakan milik kita berdua. Namun, apa daya. Aku hanya seorang manusia biasa yang berjalan di atas rencana-Nya. Sepanjang 2021 yang aku ingat hanyalah beragam kisah kesedihan yang ingin segera aku tuntaskan dan tak ingin berlama-lama di dalamnya.

Memulai pergantian tahun 2022 ini pun bahkan rasanya aku tak sanggup merekap semua detail kejadian. Namun, aku paksakan membuat sebuah rekam jejak perjalanan sebagai tanda bahwa aku berusaha bertahan dengan beragam cara pendewasaan.

Memulai kembali kehidupan baru, bertemu dengan orang-orang baru, memulai kegiatan-kegiatan seru. Walaupun semua hanyalah pelipur lara semu, karena pada akhirnya kompasku selalu kembali padanya. Pada Apap Rahimahallah, suami yang menjadikanku istrinya sepuluh tahun lalu.

Tak mengapa, ini semua proses yang memang takkan mudah berlalu. Menghadapi kehilangan orang yang tersayang adalah fase terberat sepanjang hidupku. Aku harus belajar kembali dari mula, aku bahkan lupa bagaimana cara beradaptasi.

Beruntung aku dikelilingi keluarga besar, teman-teman yang tak jemu memberikan support dalam bentuk doa dan kasih yang dikirimkan tak henti agar mampu melewati semua kisah hitam lalu.

Episode-Episode Sepanjang 2021
Bismillah. Mumpung masih bulan Januari, semoga ini juga jadi awal kembali hidup perjalanan ngeblog yang lama hiatus. Berharap semua ini menjadi catatan kebaikan bahwa aku tengah bermetamorfosis. Walau tergopoh, walau belum sampai pada titik finish. Namun, aku akan terus berupaya menerima bahwa perjalanan duka ini adalah perjalanan seumur hidup. Yuk aku mulai cerita satu-satu!

Diagnosa Apap dan Kehilangan Ia Selamanya

12 Januari 2021 menjadi awal semua kisah pilu menghampiriku. Diagnosis dokter tentang penyakit Apap bagai sembilu, seakan menyayat kulit, masuk menembus ulu hati. Sakit sekali.

Aku berusaha tegar dihadapannya, menahan desakan tangis yang bisa pecah kapanpun jua. Aku tak ingin terlihat bersedih dihadapan Apap, karena aku tahu ia akan jauh lebih menderita.

Bakti pada suami kucurahkan penuh kala itu,  Alhamdulillah ala kulli hal. Aku bahkan tak menyesal karena semua cinta dan kasihku dituangkan seutuhnya untuk menjaganya sepanjang detik-detik terakhirnya.

Empat bulan berselang, semua upaya kami berbenturan dengan takdir. Allah memisahkan raga kami selama-lamanya. Orang yang selama 18 tahun bersama dalam suka dan duka kini telah pergi membawa seluruh cintaku yang tersusun rapi. Ini menjadi titik awal dimana aku demotivasi bahkan nyaris frustasi.


Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini Ketika Kekasih Hati Pergi Mendahului


Kembali ke Sekolah

Dua bulan paska kepergian Apap, aku masih mengurung diri. Rasanya tak ada semangat kembali menatap dunia. Makan minum hanya sekedar meleburkan kewajiban saja. Aku tak banyak menyentuh komunikasi, hari demi hari dilewati tanpa rasa yang berarti.

Kuat, demi anak-anak!
Mereka memaksaku demikian. Ah, senyumku getir! Ini tak semudah sekedar kata-kata saja. Bagaimana mungkin aku memikirkan anak-anak jika hati ini tak lagi sempurna.

Sementara itu, tiba-tiba saja menerima tawaran untuk kembali mengajar di sekolah. Supaya tak bersedih terlalu lama, seorang kerabat menyampaikan demikian. Membayangkan saja aku enggan, teringat janji bahwa akan mendedikasikan diri untuk anak-anak 24/7.


Setelah 7 tahun melepaskan status sebagai ibu guru, apa mungkin masih mampu?
Aku tak lantas mengiyakan, ada banyak pertimbangan yang perlu didiskusikan. Bagaimana dengan Duo Z?
Sedangkan orang tuaku yang mungkin akan beralih fungsi menjaga Duo Z malah tampak memberikan semangat kala itu.

"Kang, kalau Amam setiap hari berangkat ke sekolah seperti Apap kerja waktu dulu kira-kira boleh gak Kang?" Begitu kira-kira kalimat yang dibuat sederhana yang terlontar saat berdua dengan Kakang. Anak sulungku.

"Boleh ko."

Duar!

Jawaban simple khas anak-anak, walau aku tak yakin dia paham apa yang tengah aku sampaikan.
Kemudian setelah melewati proses berdoa dan perenungan.
Bismillahirrahmanirrahim.
Aku putuskan kembali ke sekolah. Biarlah ini menjadi pengalihan sementara, karena aku mulai mengkhawatirkan kondisi kesehatan mentalku juga.
Sisi lainnya, aku sempat berpikir mungkin saja ini juga jalan dari-Nya. Padahal sungguh aku tak meminta, doaku saat itu hanya memohon kemudahan. Dan aku kembali berserah atas apa yang terjadi dalam hidupku.

Kembali ke sekolah mungkin akan menjadi kisahnya tersendiri. Bahwa dimana ada aku, seseorang yang berproses melewati tahap kedukaan. Berupaya tersenyum bahagia walau luka kehilangannya akan terus menganga tanpa seorang pun yang benar-benar tahu kedalamnya.

Kelas Menulis


Ini juga merupakan salah satu caraku menanggulangi kedukaan. Aku mulai memaksakan diri bergelut kembali dengan kegiatan-kegiatan yang disukai. Aku memulai menulis jurnal kedukaan yang sengaja aku simpan untuk menuangkan segala rasa.

Kemudian mengambil beberapa kelas menulis yang sebelumnya ingin aku pelajari. Dengan kecepatan pemahaman bagai siput, aku tetap berupaya menikmatinya.


Menjajal Kelas Finansial

Aku merasa bahwa sibuk adalah jalan ninjaku melupakan semua.
Saking ingin memenuhi semua jam dalam keseharian, aku memaksa menjajal kelas finansial. Dirasa saat ini aku perlu melakukan sistem perencanaan keuangan yang lebih baik. Walaupun sudah tahu bahwa tak ada minatku sama sekali di sana. 

Namun, ya.. keinginan hanya sekedar keinginan. Aku bahkan tak banyak mencatat hasil menimba ilmu ini. Kemudian aku menyimpulkan, jika suatu kegiatan yang tidak aku bisa dan tidak disukai, maka tak selalu harus dipaksakan menjadi bisa.

 Jadi aku putuskan harus membuat batasan. Bahwa beragam kelas online yang disajikan saat ini semua menarik, tetapi mohon maaf itu tidak membuatku tertarik.
Mungkin perencanaan dan pengelolaan keuangan ini dapat aku delegasikan saja.


Mulai Mengikuti Kelas Tahsin

Kemana saja baru belajar tahsin di usia ini? Pepatah lama selalu mengatakan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tujuannya mengikuti kelas ini, lagi-lagi karena kelak berharap bertemu dengan Apap Rahimahallah kembali. Maka pikirku bagaimana caranya bisa mendekatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang Allah sukai? Termasuk belajar tahsin ini.

Beruntungnya aku mendapat pengajar tahsin yang baik sekali MasyaaAllah. Rasanya Allah memberi kemudahan, walaupun tentu saja tak jarang hambatan menghampiri silih berganti.


Kelas Parenting dan Menulis untuk Kakang


Sejak Apap berpulang, jujur saja pola komunikasiku dengan si sulung menemui kendala. Entah kenapa rasanya anak yang hampir berusia 5 itu menjadi sering membuatku mengusap dada.

Kadang merasa overwhelmed, banyak istighfar dan banyak cari tahu apa uang sebenarnya tengah dialaminya.
Hasil pencarianku mengarah pada;
1. Anak tengah stres
Sejujurnya aku salut sama Kakang, ia tetap ceria walaupun kondisi kami sudah tak ideal lagi saat ini. Kehilangan Apapnya untuk selama-lamanya ia pahami dengan tingkat pemahaman yang mungkin masih seapa-adanya.

Belum lagi kondisi kami yang tiba-tiba pindah ke Bandung, tinggal bersama nenek kakeknya dengan pola parenting yang tentu mengalami perubahan pula. 
Kenyataan anak bisa saja stres cukup menambah daftar kesedihanku. Perubahan behavior yang tampak bisa jadi dampak dari rasa ketidaknyamanan dia selama ini. Hiks, rasanya mau peluk Kakang💔

Sebagai orang dewasa aku pun masih sulit meregulasi emosi dalam keadaan seperti ini, bagaimana dengan anak?

Solusinya aku mencoba untuk kembali padanya, banyak berbincang dan berkegiatan dengannya. Semoga saja tanki cinta Kakang tetap penuh dengan peranku yang ganda sebagai ibu, juga berusaha menjadi ayahnya.

2. Tingkatan Perkembangan yang wajar
Salah satu artikel yang aku baca malah membuat angin segar. Anak menjelang 5 tahun seringkali membuat perubahan yang terkadang membuat kita geleng-geleng kepala. Ini disebabkan karena apa yang kita sampaikan belum ia pahami seutuhnya, adanya keinginan kuat yang belum dapat dikendalikan serta kurangnya kemampuan untuk meregulasi emosi.

Sehingga terkesan berubah menjadi bad behavior, padahal ya dia gak gitu hanya saja dipikirannya banyak keinginan. Tapi kenapa segalanya tidak diperbolehkan?

Bagian yang penting, setelah  tahapan ini sangat wajar terjadi. InsyaaAllah dengan berjalannya usia akan mereda dengan sendirinya.

Terbitnya Buku Kerinduan


Berani mengambil proyek buku dalam keadaan hati yang kacau. Karena temanya cocok, jadi coba ambil kesempatan ini. Alhamdulillah banyak sekali yang mengapresiasi. Sehingga dapat mengisi pundi-pundi. Rezeki Allah takkan pernah diragukan lagi.

Malu sih sebenarnya, tahun 2021 bahkan gak punya prestasi. Menulis buku hanya mampu terbit satu. Satunya lagi masih proses naik cetak sampai saat ini.

Total hanya mampu menulis dua naskah dalam setahun. Satu naskah puisi yang berhasil terbit dalam sebuah e - book. Bahkan tidak menerbitkan artikel satu pun juga. Blog hiatus lama juga, sad. Jujur, setelah Apap tiada aku mengalami demotivasi.

Tak ada keinginan menulis lain selain menulis jurnal kedukaan.
Teringat bahwa ia editor handal dalam setiap tulisanku yang terbit di media manapun.
Terbit atas persetujuan darinya, ia sangat berperan penting dalam perjalanan menulisku.

Namun bagiku, bertahan sejauh ini juga sudah merupakan prestasi. Alhamdulillah ala kulli hal, gak sampai punya keinginan nyusul Apap kesana. Masih mikirin anak-anak gimana nanti?

First Trip tanpa Apap


Akhir November kemarin sekolah tempat mengajar mengadakan karya wisata ke pantai Pangandaran.

Sempat ragu, sempat bertanya pada diri sendiri. Pantas gak sih jalan-jalan dalam kondisi seperti ini? Apalagi bawa anak-anak. Namun, banyak teman-teman guru di sekolah membujuk. Tujuannya ya hiburan, mengingat mereka paham sekali kondisiku yang tengah berupaya keluar dari duka.

Sebenarnya gak pernah di setting apa-apa. Kejadiannya juga begitu saja, sepanjang jalan malah selalu ingat Apap Rahimahallah, ngerasa hampa walaupun banyak orang-orang disekitar. Tetap hati ini gak akan pernah ada yang tahu kedalamnya. Ternyata aku hanya pura-pura tertawa, padahal hati masih saja luka.


Anak-anak Sakit dan Tersiram Air Panas

Sepulang dari perjalanan ke Pangandaran anak-anak giliran sakit. Mungkin memang sudah lama Kakang tidak melakukan perjalanan jauh. Untuk Adik yang memang belum pernah melakukan perjalanan jauh sebelumnya. Apalagi saat terjadi corona, kami taat menjalankan anjuran di rumah saja.

Mengurus anak-anak yang sakit ditambah pekerjaan dari sekolah yang menumpuk di akhir pembagian rapot rasanya ingin membelah diri. Berakhir ngedrop juga, jadi sepanjang Desember kangen akut sama Apap Rahimahallah.
Ingin segera menutup tahun kesedihan, qodarullah di akhir tahun tanggal 31 Desember malah dapat kejutan lagi kesiram air panas di bagian paha. Huhu.

Ya Allah..apa lagi ini? Langsung istighfar, langsung banyak merapalkan doa. Memohon ampunan atas semua dosa. Mencukupkan semua yang terasa berat, berharap tuntunan agar tak salah dalam menyikapi ujian.

Bagaimana Rekam Jejak Perjalanan Kalian Tahun 2021?

MasyaaAllah ini dia sepenggal kisah yang aku ingat sepanjang 2021. Meski banyak duka, aku berupaya melewatinya dengan tetap waras. Menyuguhkan tampilan ibu terbaik bagi anak-anak walau banyak ketidaksempurnaan. 

Bagaimana dengan resolusi tahun 2022?

Sejujurnya aku tak berani menyusun mimpi, tahun kemarin saja sesuatu yang rapi hancur berkeping-keping. Sakit sekali. Melewati hari per hari tanpa hambatan saja sudah sangat disyukuri.

Menutup 2021 dengan terus merapalkan doa-doa supaya tetap sehat, rezeki berkah dan anak-anak yang tumbuh ceria.

Allah cukupkan kesedihan ini, Allah gantikan dengan suatu yang lebih baik lagi, Allah bantu manusia lemah ini tetap kuat melewati ujian ini. 


Dear Chriesty, begitu banyak perjalanan mengejutkan yang kau lalui. Begitu banyak pertanyaan yang terkadang sulit menemukan jawaban, begitu banyak perasaan yang kau usahakan untuk dilepaskan.

Tapi kau tak lari, kau tetap berdiri, tetap menghadapi meski tentu saja perlu waktu mencerna semua ini.
Menerima seutuhnya, bahwa perjalanan duka ini adalah perjalanan seumur hidup bahkan tak akan ada siapapun yang benar memahami, kecuali kau yang mampu tuntaskan sendiri.

Selamat tahun 2022!

Semoga pelangi tahun ini milik kita semua💙

20 komentar

  1. Subhanallah. . pilu sayu dan semangat yang luar biasa sangat saya rasakan ketika membaca tulisan ini.. semoga mendapat kekuatan lahir dan batin yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, makasih banyak tambahan doanya mbak 🙏

      Hapus
  2. Peluk kak Chriesty❤️
    Aku selalu merasa banyak orang yang akan menghargai apa yang dimiliki ketika orang tersebut kehilangan.

    Dan aku pun selalu berusaha menghargai apapun agar tak merasa menyesal ketika orang tersebut bukan lagi di sampingku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, menghargai setiap momennya.. agar tahu kehadiran seseorang di hidup kita benar-benar berharga.

      Hapus
  3. Peluk Kak Chriesty, aku selalu salut pada perjuangan seperti ini. Mencoba mencerna maunya Allah ya Mbak.

    Jujur aku pun memiliki pemikiraan yang sama, selalu tidak nyaman jika harus membuat planing atau target, beberapa kali mimpiku harus terjerembab, sebab Allah tahu itu bukan yang terbaik untukku.

    Tapi rasanya tetep sedih dan jadinya yowislah, mari kita akrab dengan takdir, supaya Allah suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, tetap berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian. Makasih ya udah mampir🙏

      Hapus
  4. Ya Allah... benar benar hidup itu adalah ujian. Semangat selalu mbak... membuka lembaran di tahun 2022.

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaaAllah mbak, tetap berusaha melangkah kembali

      Hapus
  5. Boleh kasih pelukan dari jauh gak kak,

    Huhuhu, semoga Apap mendapatkan temoat terbaik di sisi Allah ya kak.

    Allahumaghfilahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, jazakillah khayr tambahan doanya mbak. Peluknya sampe sini❤️

      Hapus
  6. Peluk dari jauh untukmu Kak, moga selalu kuat dalam mendampingi anak-anak. Insya Allah 2022 ini akan dapat hal-hal baru yang indah buatmu sekeluarga. Semangat ya Kak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, InsyaaAllah. Makasih banyak tambahan doanya mbak❤️

      Hapus
  7. Masya Allah mbak, terkadang memang yang terberat kehilangan seseorang itu pas bangkitnya lagi ya :( luar biasa mbak, semoga dimudahkan langkah-langkah selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sesungguhnya ini berat tapi aku gak punya pilihan lain 🥲
      Aamiin ya Allah, makasih banyak doanya ya💙

      Hapus
  8. MBak Chriesty, salam kenal ya mbak. Terus terang saya nyesek ketika baca tulisan mba. Ingin menangis tapi tertahan. Mbak kuat sekali walau mungkin ketika menjalaninya mba pun merasakan rasa sedih mendalam ditinggal orang terkasih. Semoga mba sehat sellalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali mbak❤️
      Sesungguhnya saya gak sekuat itu :( sampai saat ini pun masih terus berusaha.
      Terima kasih banyak tambahan doanya ya, sehat-sehat juga untuk mbak Maria disana

      Hapus
  9. Aku pernah baca tulisan ''kekasih hati yang mendahului' itu kak..
    Salam kenal ya...
    Berharap aku bisa menua bersama kekasih hati, dan semoga kakak selalu diberi kesabaran dan ketabahan dalam kesedian dan dalam mendampingi anak-anak ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, InsyaaAllah. Makasih ya, sehat-sehat untuk mbak dan suami disana ya

      Hapus
  10. Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya..
    Yakin Ahung mampu untuk menghadapi semuanya.. Semoga Allah kuatkan hatimu Allah mudahkan segalanya Allah sehatkan dirimu..Barokahkan segalanya.. Keep Fight.. Banyak yang sayang sama Ahung..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, siapakah ini? Hanya orang-orang terdekat memanggil dengan panggilan kecil ini. siapapun disana..terima kasih banyak tambahan doa-doanya, hanya Allah yang balas semua kebaikan 🙏

      Hapus