Arti Merdeka Bagi Seorang Ibu

 

Dalam rangka menyambut kemerdekaan Republik Indonesia, di bulan Agustus ini kita akan sering menemukan warga dengan sigap memasang bendera merah putih di halaman rumahnya. Bahkan mereka bersedia menghias lingkungan tempat tinggal dengan ornamen khas kemerdekaan. Sesaat merenung dalam diam, untuk apakah mereka melakukan hal ini setiap tahunnya?

Bersamaan dengan itu  memori saya menguar pada tahun-tahun yang lalu. Merayakan hari kemerdekaan ini selalu bersemangat menjalani setiap rangkaian acara bersama remaja lainnya. Kami di kampung, sering mengadakan turnamen olahraga semacam bulu tangkis menjelang hari H.

Pada tanggal 17 Agustus, beragam lomba diadakan. Mulai dari lomba makan kerupuk, memasukkan belut ke dalam botol hingga panjat pinang yang menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Puncak acara ditutup dengan suguhan kesenian daerah serta tari-tarian anak-anak.

Sayangnya, seluruh pesta kemeriahan kemerdekaan itu tanpa ada satu pun yang dapat mengulas untuk apa kita melakukan ini semua? Sampai perlahan saya dapat menyusun jawabannya sendiri.
Saya tahu menyambut dan memeriahkan acara kemerdekaan merupakan hiburan yang nyata bagi seluruh warga. Kekompakan mereka sedikitnya satu RT menyusun acara hingga suksesnya acara tersebut. Saya lebih berbahagia karena punya bahan cerita untuk tema mengarang di sekolah keesokan harinya. Tak lebih dari itu, saya tak paham arti kemerdekaan sesungguhnya.

Saat ini setidaknya saya punya cerita untuk dikenang. Namun, semangat yang dulu menyala tentu saja mulai meredup seiring dengan pergeseran prioritas. Setelah menjadi ibu,  menyambut hari kemerdekaan RI sudah tak menjadi sesuatu yang perlu saya nomer satukan lagi. Kecuali untuk mengenalkannya pada anak-anak nanti.

Lambat laun semakin saya sadari, negeri tercinta Indonesia ini ternyata tidak perlu perayaan semata. Di hari kemerdekaannya justru ia perlu bukti nyata. Jika beragam perlombaan diibaratkan tengah berjuang mencapai kemenangan. Dalam dunia nyata tentu saja kita perlu berjuang menjalani peran kita masing-masing dengan kesungguhan. Besar harapan memberikan kontribusi yang berdampak bagi negeri.

Maka sudahkah yang kita lakukan saat ini menjadi versi terbaik kita?
Menjalani peran yang kita emban dengan sebaik-baiknya?

Bagi saya, merdeka itu ketika saya yang berstatus menjadi ibu dapat terus melakukan hal positif yang saya sukai. Tetap berkarya sejauh yang saya mampu lakukan. Bagian ekspresi diri yang mungkin saja menginspirasi. Meningkatkan kuantitas, mempertajam kualitas. Agar mereka saling berimbas lalu mempertemukan kesempatan baru agar dapat mencoba hal-hal yang lebih seru.

Bagi saya, merdeka bagi seorang ibu ialah berhenti reaktif terhadap komentar orang disekitar. Bersikap santai menjalani hiruk pikuk dunia parenting yang tak dapat dipungkiri perjuangannya tak jarang menjadi topik hangat yang selalu menarik untuk diperbincangkan.

Menghindari moms-war, membicarakan perbedaan yang tiada ujungnya. Berujung baper, selain diri sendiri yang sakit tanpa sengaja kita pula menjadi duri bagi ibu lainnya. Seorang ibu bukan hanya bisa menjadi korban tapi dirinya sendiri berpotensi menjadi pelaku atas kasus mom-shaming itu sebagai contohnya. Sungguh perbuatan yang sia-sia belaka. Demi merdeka dari hal-hal itu, maka yang perlu dilakukan ialah selalu "Think before talk."

Bagi saya, merdeka bagi seorang ibu ialah tetap memenuhi hak-hak dirinya sendiri. Bukan berarti setelah menjadi ibu ia kehilangan jati diri. Tidak terkungkung kewajiban sebagai istri dan ibu lalu mengabaikan kebutuhannya sendiri. 

Saya selalu berupaya menyampaikan apa-apa pada Apap, termasuk kondisi saya yang memerlukan waktu khusus sekedar untuk diri sendiri. Bukan mementingkan rasa egois, ini merupakan salah satu bentuk upaya menghargai diri sendiri. Istilah me-time bagi saya, efektif dapat menyuntikkan semangat baru menjalani hari.

Pada hari kemerdekaan yang akan kita sambut nanti, marilah kita melihat diri sendiri. Sudahkan merdeka sesuai peran kita?

Untukmu para ibu disana, ambillah sebagian waktumu untuk jeda. Jangan lupakan, bahwa sebelum kau menjadi istri dan seorang ibu, kau adalah seorang anak perempuan yang sangat berharga dari ayahmu. Kau pantas untuk bahagia merdeka, wujud perjuanganmu sesederhana mengalirkan kebahagiaan lain bagi seluruh keluarga. Kelak bisa menjadi pupuk yang berdampak bagi negeri tercinta. Insyaallah 💖



2 komentar

  1. udah 2020 yah mba masih ada aja yah moms war terakhir ada lagi emak2 yang ngajak ribut seEndonesah bilang yang sesar bukan ibu duh rasane pen banget jentulin wkwkwk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget, haha. Ada ajaaaa, dan gak pernah basi jadi topik kayanya mbak. Semoga kita dihindari dari mulut-mulut jahil ya teh..aamiin. Semangat💪

      Hapus