Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Seorang Ibu


Memasuki episode ketujuh serial drama Korea Its Okay Not To Be Okay semakin menarik perhatian saya. Bukan karena saya penggemar berat drama Korea namun kisah dengan karakter utama perempuan yang digambarkan memiliki mental illness menjadi perhatian utama. Adalah Ko Mun Young memiliki gangguan kepribadian antisosial, dengan sifat yang egois dan juga kasar.
Si cantik nan elegan ini mampu menggelitik saya untuk mengorek lebih dalam tentang apa yang tengah didalami perannya.

Jadi tema apa yang mau diangkat hari ini?
Tentu saja bukan membahas tentang keseruan drama diatas (yang penasaran bisa nonton sendiri ya), bukan juga membahas tentang mental illness diluar pemahaman saya.

Namun seketika dari drama tersebut terbersit tanya pada seorang ibu anak dua ini ialah, sudahkah memerhatikan kesehatan mental saya dengan baik?
Karena tanpa disadari setelah perpindahan status menjadi seorang ibu ada hal-hal yang bukan menjadi prioritas lagi. Termasuk menyampingkan urusan-urusan pribadi.

Walaupun belum pernah menonton film Joker namun secara sadar kesehatan mental ini tak jauh penting dari keseluruhan kesehatan fisik yang perlu kita jaga. Kesehatan mental juga memainkan peran yang besar dalam siklus kehidupan. Apalagi sebagai emak-emak dasteran seperti saya yang keseharian hanya melihat kehidupan didalam rumah dan bertemu hal-hal yang sama.

Beragam data menyebutkan tingginya angka depresi pada perempuan, baik saat hamil, setelah melahirkan maupun setelah menjadi ibu. Tentu saja hal ini membutuhkan perhatian khusus. Perempuan memiliki risiko untuk mengalami depresi daripada laki-laki, dan angka kejadiannya banyak ditemukan pada mereka yang masih di usia reproduktif.

Lantas apa penyebab gangguan kesehatan mental?

Tak dapat dipungkiri banyak sekali hal yang bisa menjadi penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental ini. Dengan berbagai peran yang dipegang oleh seorang ibu, ia menjadi sangat berisiko mengalami hal tersebut. Belum lagi, jika ia memilih untuk melakukan kegiatan di luar wilayah domestik rumah tangga.

Sayangnya keluhan stres yang diutarakan ibu terbentur dengan paradigma negatif lingkungan. Misalnya ibu dengan gejala depresi dianggap sebagai ibu yang gagal atau kurang bersyukur.

Terkadang mudah sekali seorang ibu merasa tidak percaya diri ketika anak yang dibesarkannya menerima sikap perlakuan tidak baik dari sesama ibu lainnya, atau biasa disebut mom-shaming.
Dengan dampak serius yang akan terjadi pada sesama ibu maka hal ini pula sangat besar memengaruhi sikap saya sebelum bertindak. Baik-baik dalam menjaga diri, begitupun dengan sikap saya terhadap ibu lainnya.

Apa akibat-akibat gangguan kesehatan mental?

Gejala yang timbul antara lain rasa takut khawatir yang berlebihan, merasa tidak bisa untuk rileks dan nyaman, adanya gangguan tidur, selalu merasa waspada terhadap apa yang dilakukannya. Banyak merasa tidak aman terhadap apa yang dilakukan, lalu diakhiri rasa tidak percaya diri.

Jika hal ini berlangsung terus menerus sangat tidak baik bagi kesehatan mental seorang ibu. Apalagi ibu merupakan pusat dari lingkaran keluarganya. Apa yang keluar dari dalam dirinya sangat tergantung suasana hatinya.

Bagaimana keadaan saat ini?

Jika saat ini kondisi kita mudah sekali terbawa emosi negatif, baik itu tak dapat mengendalikan amarah dan merasa selalu sedih. Maka sesekali kita perlu melakukan cek pada diri kita sendiri. Sudahkah melakukan me-time hari ini?

Mostly semenjak jadi ibu sering kali mendahulukan kepentingan seluruh anggota rumah. Misal saja, saat sesi makan berlangsung, saya selalu mendahulukan anak-anak posisi kenyang lalu tak jarang mempersilakan suami terlebih dahulu. Kemudian, saya dapat menikmati makan setelah memastikan semua aman.

Tentu saja hal ini sah-sah saja terjadi, yang perlu diperhatikan jika ia melupakan mengurus dirinya sendiri. Seorang ibu berhak bahagia, dengan mengambil sebagian waktunya untuk sekedar menikmati hobinya. 

Dengan contoh me-time sederhana diatas, merupakan cara paling mudah menjaga kesehatan mental seorang ibu yang tak sulit ia lakukan. Tentunya dengan dukungan suami sebagai partner kehidupan dalam suka dan dukanya. Intinya, komunikasikan supaya gak banyak kode ya buibu..
Kitanya ingin begini, eh beliau sangka begitu. Kita sedang tidak baik, eh doi kira baik-baik saja. Kan gak ketemu tuh! 😅

Beberapa langkah sederhana ala saya di bawah ini mungkin bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.

1. Memahami diri dan kesehatan jiwa sendiri
Tidak mengabaikan alarm tubuh sendiri mudahnya, akan lebih baik peka terhadap diri sendiri. Jika merasa sudah sangat lelah dan memerlukan istirahat. Saya tak ragu menyampaikan pada Apap, saya perlu waktu untuk me time demi menjaga kesehatan jiwa dan raga. Berikan apresiasi pada diri sendiri setelah berhasil melewatinya.

2. Menghindari toxin yang membuat tidak aman
Ini apa ya, banyak sih sebenarnya. Tapi zaman sekarang ya mungkin saja postingan di medsos yang bisa bikin merasa insecure. Lihat anak orang yang makannya tinggal hap-hap saja bisa bikin baper berhari-hari. Eh, itu sih saya🤭
Jika menemukan hal semacam ini, saya baca untuk mengambil hal baik agar meningkatkan kualitas diri. Tutup media sosial, lalu sudahlah ya, tak perlu memaksakan diri terlihat sempurna dimata orang lain. Ini juga erat kaitannya dengan bijak menggunakan media sosial. Kembali lagi agar kita merasa lebih bahagia, bukan sebaliknya.

3. Menurunkan standar idealisme
Jujur sih awal menjadi ibu tingkat idealisme dipasang sangat tinggi. Wajar lah ya, pasti setiap ibu akan melewati hal seperti ini.
Namun ternyata saya sering merasa kecewa jika sesuatu tidak berjalan seperti apa yang saya targetkan. 

Kembali menyetel ulang target semampu saya, yang membuat merasa nyaman. Jika rumah berantakan selesai anak main ya segera bereskan saja, karena itu tanda rumah yang sehat dengan anak-anak yang bermain didalamnya.

4. Menuliskan hal-hal yang perlu disyukuri
Cara sederhana untuk meningkatkan rasa syukur adalah membuat jurnal dan menuliskannya. Hal yang paling membuat saya bersyukur tentu saja terlahir menjadi seorang ibu, penantian yang menguras air mata untuk memiliki anak-anak ini menjadi hal besar yang perlu saya syukuri.

Tentu saja ini juga semacam kontrol diri jika suasana hati sudah tak baik. Saya akan kembali melihat pada apa yang sudah dimiliki, bukan selalu melihat kekurangan diri.

5. Fokus pada tujuan
Ini mudahnya tidak overthinking mungkin ya. Karena baru saja mengalami beberapa waktu yang lalu. Kepala merasa sering pusing, seperti dikejar suatu hal padahal anak-anak menjadi prioritas utama saya saat ini. Keinginan saya untuk terus menulis sangat kuat, namun terbentur dengan masalah waktu. 

Ide-ide menulis sering kali menyapa, tapi selalu ingin berusaha sempurna. Jika hanya mencuri waktu saya merasa sering tak puas. Akhirnya saya melepas semua itu dengan mencoba berdiskusi dengan Apap. Beliau menyarankan agar catatlah dulu tema yang sering terlintas tiba-tiba, melepas deadline menulis karena tentu saja itu tidak menjadi target saat ini.
Alhamdulillah, saya bisa tidur nyenyak kembali setelah mencoba satu per satu saya lepas, lalu kembali fokus pada tujuan.

Sharing ini semata hanya berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan ahli di bidangnya. Jika memiliki permasalahan yang serius terhadap diri sendiri yang dirasa sudah tak dapat ditolong sendiri, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terkait ya. Jangan ragu untuk meminta bantuan, karena dengan itu menandakan kita memiliki kekuatan untuk kembali bangkit.

Menjaga kesehatan mental seorang ibu seyogyanya dapat selaras dengan menjaga kesehatan jasmani. Jiwa yang sehat tentu akan melahirkan perilaku yang baik, menebarkan perasaan bahagia serta memberikan yang terbaik pula untuk keluarga.

Ibu jagalah dirimu untuk meraih kebahagiaanmu, karena kau telah melakukan yang terbaik hingga pendaran sekelilingmu terasa istimewa.

Ibu, bawalah sebagai waktu
Tak mengapa, jangan kau merasa bersalah
Kita perlu secangkir teh untuk melepas penat, agar kembali bersemangat.

Pamulang 08 Juli 2020
❤️
Chriesty

16 komentar

  1. Suka banget bahasan ini 😍😍

    Paksu sendiri awalnya nggak percaya lho Amam kalau seorang ibu bisa kena mental illness. Semua ibu pasti lemah lembut, nggak tegaan pikirnya.

    Baru setelah teman cerita sendiri pengalamannya, dia percaya.

    Hamdalah sekarang jadi lebih perhatian sama istri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru mampir sini lagi mbak, Alhamdulillah ya mbak.. karena sedikit banyaknya mood kita berpengaruh dari sikap suami juga. Semoga dengan spt itu dapat selalu membuat ibu bahagia☺️

      Hapus
  2. Setuju banget. Penting buat kita menjaga mental dan fisik untuk selalu sehat dan bahagia. Ibu yang bahagia seisi rumah insyaallah aman tentram jadinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin, betul sekali. Makasih sudah mampir mba Rina❤️

      Hapus
  3. Aku bisa relate banget dengan pengalaman mbak.. Apalagi di masa awal transisi jadi Istri Rumah Tangga, jadi mudah sekali merasa frustasi sampai akhirnya alhamdulillah bisa berdamai dengan diri sendiri. Terima kasih sharingnya mbak ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk mbak Zahraaaaa, Makasih udah berbagi juga ya mbak. InsyaaAllah kita saling menguatkan❤️

      Hapus
  4. Yes. Komunikasi ini penting mba. Senoet sedih jg kan bbrp waktu lalu yang ada berita ibu mencelakai anaknya sndiri. Saking depresinya. Hix..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengaruh lingkungan yang kadang membuat ibu tertekan bisa jadi salah satu faktor ya mbak, itulah mengapa ibu juga perlu support system. Sedih kalo denger berita seperti itu😢

      Hapus
  5. aku juga tergelitik sama drakor yang itu mbak,, dan ternyata isinya banyak ilmu psikologi yg manfaat yaa,, hihi

    pernah pengalaman pakai tips nomer 1,3,4 dan itu bener manjur buat mengembalikan mental positif,, cuma kalau sy nggak ditulis (no.4), sambil sadar nafas, hirup nafas dalam keluarkan perlahan, merem, ucap satu per satu hal baik yg bisa disyukuri,, termasuk menyapa satu per satu organ tubuh sambil say thank you dan kecup syukur satu2 karna semua sehat.. damai, damai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik ada temen bahas drakor yang lagi naik daun ini nih🤭
      Wah..Makasih juga saran lainnya mbak, coba deh nanti praktekin ☺️

      Hapus
  6. Bener bgt mbak chriesty. Jadi inget kata-katanya Bu Septi Peni, "Bahagiakan diri anda, jangan pernah selalu ingin membahagiakan orang lain. Capek nanti" tulisnya. Salam waras, hihi..❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhu iya itu pasti lelah banget, karena kita takkan mampu menyenangkan orang banyak ya mba. Salam jiwa yg sehat deh🤟😁

      Hapus
  7. Iya mbak, kadang suka lupa kalau diri punya hak huhuhu.. terima kasih remindernya mbak chries :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami-sami mba Ocha, makasih sudah mampir ya☺️

      Hapus
  8. Suka banget sama kata-kata penutupnya.
    Merasa relate karena rasanya diri ini pernah punya mental illness, terimakasih tulisannya..

    Kalo kata Kunto aji,
    "Sebelum kau menjaga, merawat, melindungi segala yang berarti, yang seharusnya kau jaga adalah dirimu sendiri..."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk mbak Dewi...
      Terimakasih kembali sudah selalu memberikan semangat positif tentang kisah-kisahnya❤️

      Hapus