Sebab Ramadhan Kali Ini Berbeda

Dokpri

Ramadhan bulan yang mulia, Ramadhan bulan yang penuh ampunan.
Dalam Ramadhan yang selalu kami rindukan.

Assalamualaikum wr wb.
Halo pembaca semua☺️
Sempatkah terpikir dalam kondisi pandemik seperti ini bulan Ramadhan menjadi terabaikan?
Sempatkah terpikir bahwa bulan Ramadhan ini menjadi tidak istimewa?

Saya rasa tidak, dalam setiap debaran hati kita selalu menyambutnya dengan gembira.
Memersiapkan diri demi meraih kemenangan Allah semata.
Walau kita semua tahu Ramadhan tahun ini akan tak lagi sama, sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Dalam kondisi seperti ini rasanya saya menjadi bersyukur tinggal di Indonesia karena setiap Ramadhan kita mempunyai tradisi yang unik. Setiap pagi mendengar beduk keliling menjelang sahur, lantunan sholawat dari anak dan remaja mesjid membangunkan kita untuk melaksanakan sahur.
Namun kini sunyi, tiada anak-anak yang bersemangat keliling komplek lagi, tiada beduk yang mengingatkan  kita untuk sahur. Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Menjelang dhuha, biasanya mengajak kakang Z pergi ke mesjid. Melakukan tadarus bersama ibu-ibu jamaah majelis taklim lainnya.
Lantunan ayat-ayat Al-qur'an terdengar syahdu dalam suasana khidmat menyelami kalam Allah.
Namun kegiatan tadarus kini tiada. Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Apalagi jika menjelang berbuka, entah mengapa suasana berburu makanan pembuka puasa menjadi hal menarik lainnya. Tradisi yang sangat lekat dengan kehidupan kita.
Dengan mengendarai motor kami jajal udara sore, kemudian sumringah melihat pedagang dadakan yang menjajakan makanan khas berbuka.
Mulai dari kolak, sop buah, asinan dan gorengan yang sering menjadi favorit semua.
Namun kegiatan inipun sekarang tiada. Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Menjelang Isya, kami siap-siap mengambil wudhu. Tentu saja akan melaksanakan sholat Isya dan tarawih di mesjid terdekat.
Bahkan terkadang ada pula yang berkeliling mesjid satu dan lainnya demi mencoba suasana yang tak biasa.

Dalam mesjidpun suasana hangat menyeruak, bertemu tetangga menjadi ajang silaturahim tatap muka.
Berjabat tangan terkadang disertai kalimat "Maaf lahir batin."
Hati lega dan gembira sekembali pulang ke rumah telah melaksanakan ibadah tarawih bersama.
Namun kini tentu tak ada tarawih bersama.
Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Tahun sebelumnya mungkin disibukan dengan jadwal buka bersama, mengajak rekan dan keluarga.
Begitupun kami melakukannya, diakhir Ramadhan ketika telah tiba di Bandung kami selalu menggabungkan dua keluarga.
Menikmati kehangatan berbuka dan gelak tawa canda. Indahnya Ramadhan sungguh terasa.
Namun kali ini mana ada acara buka puasa bersama. Sebab Ramadhan kali kali ini berbeda.

Bagian yang paling menyesakan untuk saya ialah ketika mendapati berita bahwa adanya larangan mudik bagi perantau.
Ditambah aturan dari tempat suami bekerja. Tentu hati ini tak begitu saja menerima, walau tahu ini untuk kebaikan bersama.
Walau tahu ini salah satu upaya agar kita sama-sama terjaga dari pandemik yang kini tengah merajalela.
Ya saya paham, sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Belum lagi bagi sebagian orang yang kena dampak PHK, padahal ia tulang punggung keluarga.
Meratapi bayangan hari raya, bagaimana menghidupi anak dan keluarga.
Ya Allah, berikan kekuatan untuk mereka. Yakin bahwa rezekimu pasti bagi siapa saja yang kuat mencari.
Pemutusan hubungan kerja di bulan ini ujian berat bagi mereka, sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Dari perbedaan itulah kami tetap harus menemukan makna. Dari perbedaan ini pula kami harus bergerak tak lagi sama.
Berbeda bukan berarti kami tak merasa gembira, berbeda bukan berarti tak ada kebaikan disana.
Maka kami tetap sambut Ramadhan dengan suka cita.

Mencoba membangkitkan semangat diri dan keluarga dengan menghias rumah berornamen Ramadhan.
Melibatkan suami dan anak-anak.
Oh ya, suami...
Mana pernah sebelumnya membayangkan akan menghabiskan Ramadhan selalu bersama.
Maka makna lain sudah saya dapatkan segera.
Rezeki dapat salat berjamaah lebih banyak, ditambah tarawih yang tak absen kami upayakan bersama.

Ia membantu meringankan pekerjaan rumah, memasak menu berbuka bersama. Menambah keromantisan yang mungkin takkan ada jika ia bekerja.
Kemudian sesi mengasuh dan menjaga anak-anak berdua, akan selalu lebih keren dimata saya sebagai wanita.
MasyaaAllah tabarakallah, nikmat ini yang perlu banyak saya syukuri.
Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Dalam Ramadhan ini saya ingin terus berupaya meningkatkan kualitas diri, maka saya mencoba berpuasa. Dikala menyusui adik Z yang tak menjadi kendala.
Saya yakin Allah sehatkan semua.
Sebab Ramadhan kali ini berbeda.

Akan menjadi ujian terberat bagi semua. Ramadhan tahun ini adalah beratnya menanggung rindu.
Rindu rumah masa kecil dulu, rindu masakan khas Lebaran dari ibu, rindu berkumpul bersama sanak keluarga.

Ya Allah..
Akhiri pendemik ini segera.
Jadikanlah doa-doa kami senjata, memeluk rindu dalam kalbu.
Tiada kata yang banyak kami ucap, sebab Ramadhan kali ini berbeda.

2 komentar

  1. Hai, Mom Chriesty!
    Betul sekali, menahan rindu itu yang sungguh menjadi perjuangan tersendiri. Di balik ini semua tentunya ada hikmah yang bisa diambil seperti quality time bersama keluarga, semakin kompak. Alhamdulillah 'ala kulli haal... ❤️❤️❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah 'ala kulli haal, betul ambu. Semoga segera berakhir , kita bisa bertemu keluarga dalam keadaan sehat semua..aamiin.

      Hapus