Menjadi Rumah Yang Dirindukan

Dokpri

Lebaran kami tahun ini terasa berat, menanggung ujian menahan rindu.
Rindu menelisik wajah kedua orang tua, rindu akan kampung halaman, rindu pada kehangatan berkumpul dengan sanak saudara.

Mungkin bukan hanya bagi kami, momen tak biasa ini dirasakan oleh beberapa umat muslim lain.
Lebaran dengan pandemik menjadi cerita tersendiri. Diantara gelak tawa yang meruah, ada ruang yang tersekat.

Namun tentu saja, hari kemenangan tak boleh biasa saja.
Kami menyambutnya dengan gembira, walau bahkan di mesjid terdekat pun tak ada takbir yang berkumandang. Tak jadi soal, gema takbir kami hidupkan sendiri.

Memersiapkan menu apa yang hendak dihidangkan lalu memasaknya dengan penuh suka cita. Menyajikan kue-kue kecil khas Lebaran.
Melakukan tradisi sungkeman setelah selesai sholat ied #dirumahaja.

Tanpa kami sadari, semua yang dilakukan agar menciptakan suasana Lebaran yang sesungguhnya.
Hal ini salah satu upaya menciptakan "rumah" untuk anak-anak.
Agar kelak mereka selalu merindukan pulang ke rumah. Selalu merindukan suasana Lebaran bersama kedua orang tua.
Seperti kami yang selalu rindu rumah masa kecil dulu.

Lebaran yang tak biasa, ternyata mampu menggeser makna yang luar biasa.
Dalam setiap detail kejadian ada hikmah yang mungkin tak banyak terlukiskan kata.
Biarlah saat ini ruang doa bekerja menyambungnya untuk sementara.

Taqobbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum

Selamat Hari Raya Idul Fitri  Lahi1441. Mohon maaf lahir dan batin untuk semua.
Semoga Allah SWT menerima ibadah puasa kita serta selalu melindungi kita semua. Aamiin...

💖Amam, Apap & Duo Z💖

Tidak ada komentar