Corona dan Hikmahnya

Source : Pinterest

Assalamualaikum wr wb.
Apa kabar para pembaca, semoga siapa saja yang berkenan membaca tulisan ini dalam keadaan sehat dan selalu dilindungi Allah SWT.
Aamiin.

Apa yang ingin saya sampaikan saat ini merupakan sedikit keresahan dan gejolaknya yang terjadi akhir-akhir ini.
Mungkin bukan hanya pada saya pribadi, namun warga negara Indonesia umumnya tengah merasakan hal serupa.

Ya, apalagi kalau bukan tentang mewabahnya Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia dan beberapa daerahnya telah terpapar. Khususnya wilayah Jabodetabek ini.
Saya tidak akan banyak mengulas apa itu virus corona dan cara pencegahannya.

Namun, lebih ke colongan curhat pribadi dan makna apa yang dapat kita ambil dari kejadian ini.
Saya ingat, ketika kasus SARS terjadi beberapa tahun silam.
Saat itu masih berdomisili di Bandung, dan rasanya tidak mengalami banyak kepanikan berarti. Entah itu dikarenakan tidak banyak menerima informasi terkait hal tersebut atau memang saat itu saya terlalu abai, disibukkan dengan kegiatan harian.

Sejujurnya, saat ini menjadi lebih sedikit khawatir.
Mungkin saja karena sekarang kami tinggal di daerah yang berdekatan dengan ibukota. Serta Apap yang setiap hari bekerja melewati rute lintas kota, Tangerang Selatan menuju Jakarta menggunakan akomodasi umum.
Menghindari kerumunan orang terasa sulit rasanya.

Memang benar, jika apa-apa yang terjadi di dunia ini telah Allah gariskan.
Bahkan ketika kita sakit dan kapan kita diwafatkan.
Tak perlulah berlebihan dalam menyikapi virus ini, begitulah kata orang-orang yang terkesan egois diluar sana.
Namun bukankah ikhtiar diperlukan sebelum kita berserah diri?

Tentu saja kita perlu waspada, tidak abai dengan kehati-hatian supaya dapat menyelamatkan diri dan orang lain juga.
Bukan menganggap remeh serta menantang dengan kondisi yang tengah terjadi.
Jika memungkinkan berdiam diri dirumah lebih baik saat ini.

Arahan pemerintah untuk meliburkan sekolah, adalah upaya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Bukanlah libur dalam arti sesungguhnya, sehingga para orang tua bebas mengajak anak kesana kemari.
Sungguh miris melihat fenomena ini terjadi, entah karena kurang informasi atau masih menganggap semua ini bukanlah sesuatu yang perlu dihindari.

Lalu saya sempat merasa kecewa, ketika kemarin belum juga ada arahan kepada Apap untuk bekerja dari rumah.
Pun ketika turun arahan hanya mendapatkan jatah dua hari dalam seminggu.
Namun, lagi-lagi saya diingatkan ketika beredarnya foto para tenaga medis yang kelelahan, membayangkan bagaimana kekhawatiran keluarga pada mereka yang merupakan garda terdepan, melakukan kontak langsung dengan pasien positif.
Letihnya mereka yang berjibaku setiap hari dengan jumlah pasien yang semakin meningkat.

Kemudian teringat kembali, pada mereka yang tinggal di pemukiman padat penduduk.
Dimana katanya negeri tanpa matahari itu berada, jangankan melakukan social distancing.
Bahkan mungkin ada yang tak berminat "merumahkan diri" memikirkan makan untuk anak dan istri esok hari.

Mereka tak sibuk memikirkan jika terjadi lockdown, keperluan apa saja yang harus dibeli.
Hanya dapat sedih melihat saudaranya membeli ini dan itu dengan gragasnya, mengakibatkan barang kosong dengan permintaan yang meningkat. Tentu saja akan memengaruhi efek harga yang melambung tinggi.

Dari sini saya belajar toleransi, bahkan mungkin saja diantara mereka masih ada yang untuk makan sehari-hari saja berjuang mencari dan mengenyampingkan rasa khawatirnya tentang virus ini.

Ya Allah..Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Seyogyanya saya bersyukur, Apap dapat dua hari dirumah artinya ada hari dimana berkurangnya tingkat kecemasan saya.
Ada hari dimana saya bisa melihatnya bersama anak-anak dirumah.
Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
Semoga saja ikhtiar dua hari ini dapat memutus rantai penyebaran virus corona di negeri ini.

Maka hikmah atas segala peristiwa yang terjadi saat ini bagi saya pribadi diantaranya:
1. Semakin diingatkan kembali akan kematian
Bisa datang tiba-tiba, apakah sudah siap? 😣
Kepikiran gak sih kalau seandainya kita atau suami yang kena, terus gimana nasib anak-anak?
Ya Allah, naudzubillah 😢

2. Semakin banyak melangitkan doa
Dari banyak kecemasan ini, akhirnya saya kembalikan pada penguasa segalanya.
Semakin banyak istighfar, tafakur dan banyak bersyukur. Memohon perlindungan kepadaNya.

3. Semakin banyak waktu bersama keluarga.
Iya, bekerja dari rumah artinya Apap punya waktu tambahan dua hari ketemu anak-anak 24 jam penuh.
Walau tetap ada tanggung jawab pekerjaan, tapi dengan kebersamaan kami tadi banyak sekali yang perlu kami syukuri.
Dan waktu bersama ini yang tidak boleh disia-siakan.

4. Semakin banyak meningkatkan rasa syukur
Dari cerita diatas tadi, semakin banyak yang perlu kami syukuri.
Jangankan menjadi orang-orang yang memborong keperluan ini dan itu, mungkin diantara mereka hanya bingung memikirkan jika lockdown terjadi, mereka bisa dapat uang dari mana?

5. Semakin meningkatkan kepedulian sosial
Semacam refleksi diri ini sih, banyak peka terhadap orang yang mungkin dalam keadaan yang sulit saat ini.
Entah kenapa dari kejadian ini malah jadi kepikiran pengen bongkar lemari, decluttering barang-barang yang mungkin masih menumpuk tapi sesungguhnya tak terlalu bermanfaat.
Huhu, ingat nanti ada hisabnya ini😭

6. Semakin berusaha menjaga kesehatan.
Ini urusannya bukan hanya riweuh berburu masker dan hand sanitizer saja, selain kesehatan raga perlu juga menjaga kesehatan jiwa yang bakal saya bahas di bawah.

7. Semakin berupaya membatasi diri.
Ya, tsunami informasi yang ditelusuri membuat saya semakin khawatir.
Sedikit-sedikit update, banyak nyekrol ini itu, tahu ini itu dalam keadaan panik ini bisa bikin saya semakin tak terkendali.
Jadi, saya memutuskan untuk menarik diri.
Mencukupkan informasi, agar terjaga sehat jiwa dan raga ini.

8. Meyakini bukti kekuasaan Allah
Januari silam saya mendapat info virus ini dari berita TV di rumah mama saat libur ke Bandung, kabarnya ada virus baru diluar sana bernama Corona.
Ternyata, setelah bulan berganti virus ini telah sampai di negeri sendiri, mewabah dengan cepat sekali.
Jika Allah berkehendak maka terjadilah, dan insyaaAllah semua ini akan Allah akhirkan kembali.

Corona ini membuat saya tersadar betapa tak ada daya dan upaya kita selain ikhtiar pencegahan.
Selebihnya, sungguh kami perlu pertolongan Allah.

Membuat hati yang dulu mungkin lalai dari doa, kini senantiasa meminta agar Allah kabulkan segala hajat. Bahkan semacam gak sadar berdoa dalam keadaan apapun, lihat anak-anak lagi main dalam hati berbisik, lihat suami lagi tidur otomatis mengharap kembali.

Ya Allah..
Banyak sekali kami mengambil pelajaran dari wabah ini.
Lindungilah kami, kedua orang tua kami, saudara-saudara kami, dan seluruh negeri kami.
Kami ingin menjelang Ramadhan ini semua telah terkendali, agar kami dapat memakmurkan mesjid kembali tanpa rasa khawatir.
Cukupkanlah semua ini, segerakanlah ini berakhir dan janganlah menyisakan satu keburukan pun pada kami.
Aamiin allohuma aamiin💖

Pamulang, 20 Maret 2020

Tidak ada komentar