Ketika Kekasih Hati Pergi Mendahului


Ketika bahagia menjadi candu pada hadirmu
Aku seakan tak mampu melawan gejolak rasa
Kuhanya bisa menyesap hampa bercampur rindu yang kini semakin terasa nyata

Aku dan kamu adalah takdir yang diperkenalkan
Aku dan kamu adalah dongeng perpisahan
Aku dan kamu adalah kisah cinta yang takkan pernah padam

Tak ada satu kejadian pun yang terjadi di dunia tanpa skenario sang maha Pencipta. Bahkan sehelai daun yang gugur diterpa angin sekalipun. Ia rapuh, kemudian jatuh atas jalan yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Begitupun apa yang terjadi dalam kehidupanku, termasuk mendapatkan Apap sebagai pendamping sehidup semati.

Janji setia ketika ikrar dihadapan-Nya saat pertama dan untuk terakhir kalinya. Harapan menua bersama pun selalu ada dalam bayangan. Membesarkan anak-anak menjadi seorang saleh/saleha menjadi impian. Namun, aku tak dapat mengelak takdir. Ketika kini kekasih hatiku pergi mendahului.

Pamulang, 12 Januari 2021


Diagnosis pertama yang kami terima bagaikan petir memecahkan segala asa. Kami yang terduduk lesu saat itu hanya bisa saling menguatkan. Tak tunggu lama kami langsung memutuskan pulang ke Bandung, meninggalkan keadaan rumah yang tak beraturan. Tak lagi mampu memikirkan hal lainnya, karena kami butuh pertolongan segera.

Colorectal cancer.
Diagnosis yang kami terima setelah serangkaian tes ini dan itu yang Apap jalankan tak mudah kami terima. Tepatnya kondisi psikologis aku yang terguncang, sementara Apap lebih banyak menguatkan. Meskipun tak ada yang bisa menebak kedalaman hatinya. Namun, aku tahu ia turut layu terdiam dalam banyak lamunan. Ingin selalu ditemani, terlebih bersama anak-anak.

Aku ingat suatu malam setelah sampai di Bandung, untuk pertama kalinya Apap tersedu ketika Kakang menginap di rumah mama. Dia rindu celoteh Kakang, ingin segera Kakang pulang. Keesokan harinya aku meminta mama untuk segera mengantarkan Kakang pulang. Kejadian lainnya tentu banyak yang tak terduga, aku melihat Apap yang sedikit berbeda daripada hari-hari biasanya.

Paska diagnosis tentu saja sedikit banyak memengaruhi kondisi emosional Apap. Bersyukur ia cepat menerima kondisinya, dalam usia yang dikatakan masih terbilang muda harus menerima sakit yang dikatakan sangat berat. Sudah tidak dapat bekerja secara optimal, sepanjang hari hanya bisa berbaring dengan keluhan yang silih berganti.

Kabar buruknya lagi, ini bukan hanya cancer yang bisa diobati dengan tindakan operasi. Kondisi Apap saat itu sudah ada pada stadium terminal. Metastasis pada lever, kelenjar getah bening, tulang belakang dan sedikit paru-parunya. Rentetan kalimat penjelasan dokter bagai duri menusuk ulu hati. Sakit sekali.

Bagaimana mungkin aku tak menyalahkan diri sendiri, aku bahkan masih menyangkal dengan kondisi yang tengah dialami Apap. Aku sibuk larut dalam rasa penuh penyesalan.
Bagaimana mungkin suami yang tinggal satu atap selama hampir 10 tahun tiba-tiba sakit keras? Tanpa tanda yang berarti, dimana aku saat itu? Apakah aku lalai atau terlalu abai?😭

Bahkan pihak medis mengatakan gerbang kesembuhan sangat tipis sekali. Kenyataan yang harus aku telan pahit, membayangkan hari-hari kedepan yang tak pernah aku persiapkan. Namun, sebagai manusia aku hanya ingin berserah diri pada Allah. Berkhusnuzon pada Allah, aku memohon pada Allah dengan segala kerendahan hati agar dapat mengembalikan kesehatan Apap. Hal itu yang mampu membuatku bertahan mendampingi Apap hingga nafas terakhirnya.

Hari Kelabu Itu

Aku tak disiapkan melewati peperangan ini seorang diri
Hingga
Aku takut
Aku cemas
Saat duniaku tiba-tiba saja berubah

6 April 2021
Kami mengambil tindakan rawat inap seminggu sebelumnya,  dikarenakan kondisi Apap yang sudah sulit menerima makanan. Untuk menelan saja terasa sakit, makan beberapa suap sudah terasa penuh bahkan bisa keluar lagi.

Selama seminggu berada di RS aku optimis akan kembali pulang dalam keadaan lebih sehat. Walau aku menyadari kondisi Apap jauh dikatakan sehat. Tubuhnya semakin lunglai, bahkan untuk menopang kakinya saja ia tak mampu. Untuk duduk saja perlu bantuanku untuk mengangkat badannya. Allah yang memberi kekuatan diluar bayanganku sebelumnya hingga aku mampu menopang beban Apap dalam kondisi tak baiknya.

Rasa hancur melihatnya dalam keadaan tak berdaya seperti itu sudah tak dapat dielakkan lagi.  Aku hanya bisa terus mengelus tubuhnya yang terasa pegal sepanjang hari. Merapalkan doa yang tak henti-hentinya. 
Ya Allah tubuh ini dulu dalam keadaan sehat, berikan kembali kesehatan pada suamiku tanpa meninggalkan sakit lainnya, begitu ucapku terus menerus.

Seminggu berada di RS memberi banyak bahan perenungan. Terlebih untukku, Apap sudah tak banyak berbicara saat itu. Kata-kata yang keluar hanya tentang obat-obatan seperti, "Sekarang minum apa lagi Mam, makan obat jam berapa Mam?."

Saat itu aku sempat terserang demam, di hari keempat selama berada di RS. Mama membujuk Apap agar aku pulang terlebih dahulu untuk istirahat. Namun, tak ada jawaban darinya. Apap hanya membalikkan tubuhnya lalu terisak. Hati istri mana yang tega meninggalkan suami dalam posisi seperti itu, aku menguatkan diri. 
"Gak Pap, Amam gak akan kemana-mana. Amam disini ko sama Apap," ucapku saat itu sambil terus mengelus punggungnya berupaya menenangkan.

Andai aku tahu seminggu itu adalah minggu terakhir bersamanya, aku akan banyak memberikan apapun untuknya. Qodarullah wa maa sya'a fa'ala, semua goresan takdir tak mampu aku cegah walau dengan banyak pengharapan.

Tak ada penyesalan sedikit pun setidaknya sampai kali terakhir. Semua baktiku sebagai istri ada bersamanya hingga batas waktu. Aku berusaha menemaninya sepanjang aku mampu, memberi kekuatan untuknya. Aku bahagia saat dia tetap mencariku sampai detik-detik tak sadarkan dirinya. Aku tetap mendampingi, memberikan seluruh cintaku untuk pergi selama-lamanya.

Bab Firasat
Percaya atau tidak bahwa aku pernah membicarakan hal ini pada Apap Rahimahullah setahun lalu. Pandemi memberikan banyak waktu berkualitas untuk kami berdua di rumah saja. Saat itu entah mengapa tiba-tiba saja terbersit tanya. Ingin mengetahui jawaban Apap jika kondisinya memang Allah takdirkan aku menjalani sisa hidup seorang diri.

"Pap, kita hidup didunia ini kan sementara ya. Nah, kalau tiba giliran Amam..dalam kondisi anak-anak masih kecil, 
Apap harus janji ya pastikan anak-anak ada dalam pengasuhan Apap. Apap boleh mencari pendamping lagi jika Apap kesulitan (kemudian aku tercekat, rasanya air mata sudah tumpah saat itu).
Namun, aku sadar bahwa laki-laki memiliki kebutuhan berbeda dibanding perempuan maka aku beranikan berkata demikian. "Asal cari yang sayang sama anak-anak ya."

Apap mendelik, ia tiba-tiba marah. Hal yang wajar, karena tanpa persiapan apa-apa aku melontarkan percakapan yang cukup serius saat itu.

Kemudian aku tetap meneruskan pembicaraan, "Tapi, apa yang harus Amam lakukan kalau seandainya Allah memanggil Apap duluan?" tanyaku.
"Apa sih Mam?" ia balik bertanya dengan kesal.
Kembali aku meminta jawaban dengan pernyataan bahwa kematian seseorang adalah suatu kepastian. Aku hanya ingin berjaga-jaga.
"Pulang lah ke Bandung" jawabnya ketus. Aku terus memintanya untuk merencanakan hal lain yang dapat aku lakukan jika seandainya ini terjadi. Tapi Apap hanya diam, ia marah sepanjang hari itu. Apap bilang ia belum siap membicarakannya, sampai akhirnya tak ada pembicaraan lanjutan.

Satu jawaban yang pasti, Amam pulang ke Bandung, Pap.
Akan Amam susun rencana baru tanpa Apap walau ini sungguh terasa berat. Saat ini aku hanya memikirkan yang terbaik untuk anak-anak. Aku akan berupaya sekuat tenaga, memastikan meraka bahagia. Menjadi anak-anak saleh saleha yang akan menjadi jembatan kita menuju surga-Nya.

Sebuah part dalam buku antologi
Dokpri
Ini adalah buku pertama yang aku susun untuk Apap Rahimahullah pertengahan Oktober tahun 2020 lalu. Aku buka kembali setelah Apap berpulang, kemudian aku terdiam setelah membaca salah satu bagian.

Mengapa ada pernyataan seperti ini, ya? Allahuakbar, aku pun tak paham apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Padahal satu judul ini aku persembahkan khusus menceritakan sepotong kisah cinta kami. Pernyataan ini seakan sebuah firasat tentang perpisahan.

Pernyataan Kakang yang berulang

Hampir setiap hari Kakang berkata demikian, Kakang tidak mau kami cepat tua. Hanya saja ia sampaikan padaku lebih banyak. Tidak untuk Apap Rahimahullah. Sampai awal tahun aku sempat menuliskan story seperti ini.

Jika semua bukan suatu kebetulan, apakah hati Kakang telah memiliki tanda-tanda akan adanya perpisahan? Wallahu a'lam.

Tahap Kedukaan
Ikhlas. Orang-orang itu dengan mudahnya berkata demikian. Sungguh ikhlas itu tidak semudah berkata, ikhlas itu bukan perkara di mulut saja. Namun, segera aku sadar karena tidak punya pilihan lainnya. Ikhlas adalah sebaik-baik akhlak yang perlu dilakukan ketika tengah berduka. Tentu saja perlu melewati prosesnya, dan Allah sudah pilihkan waktu untuk pulihkan segala sesuatu.

Setelah mengikat ilmu dalam menerima beberapa kajian, aku paparkan lima tahapan kesedihan yang dialami seseorang yang dikenal dengan The Five Stages Of Grief. Tahap kesedihan atau stages of grief adalah proses saat seseorang dalam tahapan berduka.

Awalnya teori yang dikembangkan oleh seorang psikiater Elisabeth Kubler-Ross ini menerapkan tahapan kedukaan ini untuk orang yang menderita penyakit berat. Kemudian diterapkan pada bentuk lain, bisa untuk kehilangan harta benda, jabatan bahkan seseorang yang dicintai. Ia memaparkan bahwa kita akan melalui stages of grief atau tahap kesedihan saat mengalami kehilangan seseorang.

Mengenal The Five Stages Of Grief

1. Penyangkalan (Denial)
Kondisi yang wajar sekali terjadi ketika seseorang tengah syok. Dia menolak memercayai kehilangan terjadi secara nyata dan mengisolasi diri. Penyangkalan biasanya merupakan pertahanan sementara. Setelah keluar dari tahap penyangkalan, emosi-emosi yang selama ini terkubur akan muncul. Meski sulit, ini merupakan bagian dari perjalanan kedukaan yang akan dilalui oleh siapapun.

Tentu saja aku mengalaminya, ketika hati masih saja berkata, "Ah Apap kan masih ada di rumah Pamulang, kita kan lagi liburan di Bandung. Nanti juga Apap jemput kesini"
Berulang kali memikirkan itu dan berujung rasa sesak yang menguras air mata.

2. Marah (Anger)
Timbul karena kesadaran akan kenyataan kehilangan, marah ini dapat diproyeksikan pada orang lain, benda, lingkungan atau orang yang meninggalkan kita.

Sempat juga merasakan hal ini, terlebih marah pada yang sudah meninggalkan. Merasa dia tak menepati janji, marah karena merasa Apap meninggalkan aku seorang diri dan semua ini benar-benar melelahkan hati. Sampai perlahan aku bisa melepaskan emosi ini karena tak baik jika terus dibiarkan terjadi.

Rasa marah ini juga bisa timbul ketika pelayat datang den berkata, "Sabar ya!"
Ini terjadi begitu saja, rasa kesal tiba-tiba muncul karena seseorang dengan entengnya berkata demikian. Tak ada yang salah dengan mereka, empati seseorang tak dapat kita atur sedemikian rupa.

Namun, tidak sampai marah terhadap sang Maha Kuasa. Alhamdulillah, aku masih bisa mengendalikan diri dan sadar bahwa semua ini tentu sudah ada dalam skenario-Nya.

3. Depresi (Depression)
Setiap orang akan berbeda pada tahapan ini. Biasanya sikap menarik diri, tidak mau berbicara, merasa kesepian dan putus asa.

Apakah semua itu terjadi?
Ya, semua aku rasakan ketika enggan berbicara pada siapapun. Merasa kesepian di tengah keramaian, merasa putus harapan, merasa bahwa dunia tak lagi indah tanpa Apap Rahimahullah.
Rasanya hampa, menjalani hari tanpa rasa. Aku malas berbuat apa-apa, aku hanya ingin menikmati proses berduka sampai benar-benar aku sanggup kembali menatap dunia.

4. Menawar (Bergaining)
Kehilangan dan putus asa merupakan dua perasaan yang kerap berdampingan dalam tahap kesedihan. Begitu berduka hingga bersedia melakukan apa saja untuk meredakan rasa sakit dan kembali mendapatkan kendali. Salah satunya dengan menawar.

"Seandainya saja aku tahu Apap sakit sejak dini, mungkin..."
Kalimat-kalimat seperti ini muncul, padahal jelas kita tidak boleh berandai-andai bukan? Karena segala sesuatu yang Allah tetapkan tidak ada yang kebetulan. Telah Allah rencanakan, dan rencana Allah pasti terbaik untuk hambanya. Suka tidak suka dalam hal ini kadar keimananku benar-benar diuji. 

5. Penerimaan (Acceptance)
Pada tahap penerimaan ini bukan berarti orang yang berduka sudah benar-benar bahagia. Pada tahap ini, akhirnya ia telah menerima kenyataan yang ada. Masih sering merasa sedih, tetapi belajar untuk hidup dengan situasi terkini dan mencoba keluar dari fase kehilangan.

Apakah aku sudah berada di tahap ini?
Dua bulan kehilangan Apap Rahimahullah masih banyak menyisakan tangis. Masih banyak hal-hal yang menjadi pemicu kembali pada fase denial, tapi hanya Allah yang memberi kekuatan untuk menerima kenyataan. Aku mulai menyusun rencana-rencana baru, aku mulai membiasakan diri dengan kondisi saat ini walau masih sering terseok.

Semua tahapan kedukaan aku rasakan seluruhnya, walaupun takkan sama bagi setiap orang. Tentu saja tidak harus diselesaikan dalam urutan yang sama pula. Dua bulan ini aku seakan bolak-balik dalam fase penyangkalan dan penerimaan. Ada hal-hal tertentu yang sering menjadi pemicu kembali pada titik terendah.

Proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan ini tentu saja tidak dapat disegerakan. Pada bulan pertama, aku memilih untuk mengobatinya sendiri. Melewati beberapa proses seperti di bawah ini. Namun, memasuki bulan kedua aku menyerah. Aku nampak perlu bantuan expert untuk menyelamatkan kesehatan jiwaku. Beberapa proses self healing yang dilakukan dua bulan ini seperti di bawah membawaku pada keadaan naik turun. Terkadang dalam kondisi baik, terkadang menyesakkan hati sepanjang hari.

Sebenarnya tak banyak yang aku lakukan dua bulan ini selain berproses untuk memulihkan diri sendiri. Bagian yang paling penting dalam perjalanannya aku nikmati sedemikian rupa. Dalam hal ini pun aku sedang bertumbuh, mengembalikan kesadaran diri. Aku tak mau bergegas atau berpura-pura telah melewatinya. Bagiku semua ini benar-benar tak semudah kata-kata belaka.

1. Mendekatkan diri pada Allah
Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah. Sungguh jika tak mengingat Allah dengan semua kejadian ini, aku tak paham akan ada dimana aku saat ini.

Hanya Allah yang mampu memberikan pertolongan, berbisik lembut jika semuanya takkan lepas dari pantauan-Nya.

2. Memantaskan diri agar dipertemukan kembali suatu hari nanti.
Kepergian orang yang kita sayangi menjadi salah satu pengingat bahwa siapapun di dunia ini hanya menunggu giliran saja. Saat ini aku berupaya terus agar menjadi wanita pilihan yang Allah takdirkan bersamanya hingga ke surga.

3. Melakukan sesuatu yang disukai
Mudahnya, aku memberi jeda terhadap diriku sendiri untuk menenangkan diri. Dengan harapan agar mampu membuat keputusan yang akan dijalankan selanjutnya. Kemudian, melakukan hal-hal yang disukai seperti mengikuti beberapa pelatihan menulis, mengikuti beberapa kajian parenting, kelas tahsin. Hal-hal tersebut cukup menyita waktu menjadi lebih bermanfaat.



4. Kembali menulis
Aksara adalah jembatan makna menyoal isi hati atau kepala. Telah lama menulis bagiku menjadi suatu kebutuhan. Entah berapa banyak kisah yang tersusun dalam banyak bait. Terlebih lagi dalam kondisi seperti saat ini, ini dapat menjadi proses healing tersendiri.

Aku terkadang membagikan kenangan kebersamaan kami dalam sosial media yang bisa aku simpan untuk diberikan pada Kakang dan Adik suatu hari nanti. Bahwa Amam dan Apapnya Allah pertemukan untuk saling mencintai sampai ajal memisahkan kami.

Aku juga membuat semacam diary yang aku khususkan untuk Apap Rahimahullah. Setiap hari aku bercerita selayaknya aku tengah bertatap muka, tentu saja ini salah satu cara mengobati rindu yang takkan pernah berujung temu.

5. Berkonsultasi dengan psikolog
Memasuki bulan kedua, rasanya aku perlu bantuan seseorang. Kondisi psikologisku merasa belum baik- saja. Semakin banyak kenangan yang tiba-tiba sering berkelebat masuk dalam pikiran. Rasa rindu yang terlalu menyesakkan hati membuatku menangis tak tahu tempat dan waktu. Aku khawatir anak-anak terlalu banyak menyaksikan ibunya yang kian rapuh.

Kemudian aku memutuskan untuk menghubungi psikolog yang layak aku jadikan teman. Aku bercerita banyak, seakan aku tak tahu bagaimana membendung rasa ini. Mengambil air wudhu, membuka Al-Qur'an kemudian tetap menangis lagi. Aku berdoa, aku menyerahkan semuanya pada Allah tetapi aku perlu solusi untuk mengatasi semua rasa ini.

Bayangkan saja, aku tengah bermain bersama anak-anak. Tiba-tiba Adik minum dan menumpahkan isi gelasnya, lalu Kakang bersorak, "Hore, main air. Tangannya dengan cekatan mencipratkan tumpahan air."
Aku berteriak, "Apap tolong Amam pegangin Adik dulu."
Kembali tercekat, Apap tak datang. Apap sudah tiada. Tentu saja, aku menangis lagi disaksikan anak-anak. Bahkan saat menuliskan kejadian ini pun masih teringat bayangan itu, sesak sekali.

Pun ketika membuat bubur kacang hijau kesukaan Apap, yang biasa ia buat sendiri ketika sangat ingin menikmati bubur kacang hijau. Ya, semudah itu menjadi istri Apap. Ketika ingin bubur kacang hijau favoritnya, ia akan membeli bahan sendiri ke pasar, memasak sendiri dan menikmatinya bersama kami. Aku mendadak mengatakan, "Pap, bubur buatan Apap enak nih."

Aku tak dapat membedakan khayalan dan kenyataan, orang-orang disekitar mungkin melihatku tampak baik-baik saja. Aku jaga perasaan mereka, agar tak mengkhawatirkan keadaanku.

Saat ini aku masih dalam proses penyembuhan, setiap ada kejadian yang menjadi pemicu sampai membuatku menangis. Aku upayakan langsung berkirim voice note kepada seorang expert. Beliau mengatakan untuk tidak memendamnya.

Namun, ini bagai tantangan baru bagiku sendiri karena terkadang aku sulit menyampaikan rasa secara verbal. Itulah mengapa aku lebih menyukai menulis. But, i'm trying. I'm really trying so hard. Berharap kian hari akan terasa lebih ringan.

Mungkin saja bagi sebagian orang caraku dalam proses berduka ini terlihat berlebihan, aku sungguh mengenyampingkan hal itu. Karena kesehatan mentalku saat ini jauh lebih penting dari persepsi orang menilaiku. 

Akan ada banyak cara yang berbeda bagi setiap orang menyembuhkan rasa kehilangan. Dan takkan bisa dilakukan dengan memandang dari sudut pandang yang sama.

Sumber Kekuatan
Kembali, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah. Sungguh jika tak mengingat Allah dengan semua kejadian ini aku tak paham akan ada dimana aku saat ini. Kehilangan pasangan menjadi puncak titik stres terberat dalam hidupku. Jika bisa dikatakan semua ini 100% mendominasi kehancuran hati dan jiwaku. Aku tak ingin melakukan apapun, aku tak bersemangat dengan kegiatan apapun.

Selain berserah pada Allah, tentu saja anak-anak yang menjadi prioritas utama.
"Kakang main sama siapa dong? Encim masak, Amam di kamar terus, Apap udah meninggal.."

Sebuah tamparan hebat menyadarkanku akan sesuatu, anak-anak tetaplah anak-anak dengan segala keriangannya. Celoteh Kakang menandakan bahwa ia membutuhkanku. Jika tak melihat anak-anak aku tak tahu bagaimana rupaku saat ini. Jika tak melihat anak-anak aku tak tahu, akankah aku dapat bertahan sejauh ini?
Maka aku terus memohon pada-Nya agar dimudahkan menjadi Amam yang kuat untuk terus melangkah bersama anak-anak.

Kakang, Adik..
Berikan waktu untuk Amam sebentar lagi saja. Untuk mengambil jeda, untuk memikirkan bagaimana melanjutkan kehidupan ini tanpa Apap kalian. Ini memang tak akan mudah, separuh jiwa Amam telah pergi dan takkan utuh kembali. Namun, Amam akan berupaya sekuat tenaga memastikan kalian tetap bahagia.

Apa yang harus kita lakukan menghadapi orang yang tengah berduka?

Setelah mengalaminya sendiri aku menjadi sedikit paham bahwa sangat tak nyaman sekali jika ada orang berkata dengan mudahnya, "Sabar, sabar ya, yang ikhlas ya"
Sesungguhnya kita takkan pernah bisa berkata, "I feel you" atau "I know how you feel" sampai kita benar-benar mengalaminya. Jadi stop mengatakan hal-hal yang tidak pernah kita rasa kepada orang yang tengah berduka. Karena apapun yang dirasakannya hanya akan menjadi miliknya, takkan ada orang lain yang benar-benar memahaminya.

Empathy is seeing with the eyes another, listening with the ears of another and feeling with the heart of another. Empati memang tak memiliki naskah, tapi bisa kita asah. Terkadang mereka tak butuh kata-kata pelipur lara, tak perlu dibandingkan dengan seseorang yang lebih 'menderita'. Cukup dengan pelukan erat atau usapan lembut yang menenangkan hatinya. Kirimkan pesan teks dengan menyelipkan emoticon pelukan lalu katakan, "Kamu tidak sendirian."

Jika ia tengah bercerita, dengarkan dengan rasamu agar dapat membantunya untuk mampu mengembalikan kekuatannya. Tanpa cepat-cepat memberi solusi atau menyimpulkan karena terkadang mereka tahu untuk tetap ikhlas, untuk segera menerima ketetapan-Nya. Namun pada saat itu tentu saja mereka tengah berjuang sekuat tenaga.

Bukan mereka tak menerima ketetapan-Nya, tapi mereka tengah berupaya menuju keleluasaan. Karena hati dan pikiran belum mampu berdamai dengan kenyataan, walaupun tentu saja mereka tak punya pilihan.

Setiap kita memiliki kisah yang berbeda, namun percayalah milikmu yang sempurna. Allah telah menciptakan sebaik-baiknya rencana. Bagian terbaiknya ada upaya kita menerima akan takdir-Nya.

Percaya bahwa akan ada suatu hikmah dibalik pahitnya peristiwa. Walaupun, saat ini aku belum tahu pasti Allah sedang menyusun apa lagi untukku didepan nanti.

Sekali lagi, ini memang tidak mudah. Saat ini pun aku masih terus berusaha keras untuk bangkit. Mengumpulkan serpihan semangat, mengepakkan sayap seorang diri. Ini bukan lagi perihal ikhlas atau tidak akan takdir. Namun, tentang rasa yang akan terus ada tanpa pernah ada orang yang mengetahuinya.

Satu hal yang aku pelajari yaitu bahwa kita takkan bisa menggunakan kata selamanya untuk sesuatu yang masih berlangsung.
Mencintai seseorang selamanya hampir mustahil. Namun , kehilangan seseorang selamanya itu mungkin saja terjadi. Sudahkah kita mempersiapkan jauh sebelumnya?

Siap tidak siap, hidup ini harus terus berjalan. Seberapapun kisah pilu yang masih saja sering tersampaikan, disana pula ada banyak rencana dan harapan yang mulai disusun perlahan, walau tak terlihat sampai permukaan.

Tentu saja, ada banyak doa untuk kekasih hati yang tak pernah putus diuntai. Doa memohon kekuatan yang tak pernah luput dari lisan.

Walau tak pernah ada yang benar-benar tahu seberapa besar luka yang selamanya tersimpan.
Hanya kita yang mampu mengupas sedikit demi sedikit sesak yang tertahan. Hingga suatu hari akan kembali datang senyuman, atas sebuah janji dibalik semua ujian, kami berjalan dengan perlahan.

Selamat melanjutkan perjalanan indah, Apap, suami terbaikku. Doaku menjadi senjata terakhir, memeluk rindu di pelupuk kalbu. Nantikanku di batas waktu🖤





84 komentar

  1. Amaam.. peluk jauh yaa
    Sungguh Allah punya rencana terbaik untuk amam sekeluarga seperti menjadikan pengalaman hidup amam sebagai nasihat bagi semua orang 😊🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, makasih banyak udah mampir mak :)

      Hapus
  2. Neng, semoga Allah senantiasa menjaga kesabaran dan keteguhan hatimu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, nuhun doanya selalu ya Mfif🙏

      Hapus
  3. Semangat Amam, peluuuuuuk yg eraaaat.. Semoga Allah selalu memudahkan segala urusan Amam dan anak2 😘

    BalasHapus
  4. Live u more🥺🥺🥰🥰🥰🤗🤗🤗🤗

    BalasHapus
  5. Terimakasih sudah berbagi dan menjadi pengingat bagi saya Mam... sehat terus amam sekeluarg....

    BalasHapus
  6. Mbaaaaaa ������ peluk yg kenceng. Aku nangis sambil ngetik ini.

    BalasHapus
  7. Amam sayang, doa terbaik selalu buat amam apap kakang adik & keluarga.

    Peluk jauuuuh..🤗
    I'm all ears if u need one. In syaa ALLAH

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah..
      Mbak Zulfah❤️
      Makasih banyak udah selalu doain dan support selama ini ya🙏

      Hapus
  8. Amam sayang, terima kasih sudah berbagi. Doa terbaik untuk Apap, Amam, Kakang Z, dan Adik Z. Semoga Amam sehat selalu sekeluarga. Bismillah, Amam adalah wanita kuat pilihan Allah❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah, terima kasih sudah menyempatkan mampir dan memberikan doa serta supportnya selalu mbak 🙏

      Hapus
  9. Semoga almarhum husnul khotimah.
    Btw setelah konsultasi dengan psikiater, apa solusinya dari psikiater itu, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, terima kasih banyak mbak🙏

      Solusinya setiap yang dirasain gak boleh dipendam mbak, setiap ada pemicunya yang bikin sy teringat suami, sy coba kirim VN kepada beliau. Mungkin yang diperlukan sekarang hanya "didengar" supaya lebih lega. Ini masih proses mbak, mohon doanya🙏

      Hapus
  10. Baca ini sambil nangis karena hari ini keluarga saya juga sedang berduka. Suami dari sepupu dekat saya, saudara saya yg kami sejak kecil tumbuh bersama, meninggal dunia karena meningitis. Saya merasakan duka sepupu saya kehilangan suaminya.

    Mba, jangan pernah jauh dari Allah. Semakin dekat kita dengan Allah, semakin kita diberi kekuatan untuk menghadapi semua. Sejatinya kita semua akan menuju ke sana, hanya masalah waktu saja. Sabar dan tawakal ya mba. Insya Allah Apap berkumpul bersama para solihin. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Innalillahi wa innailaihi rojiun, mbak sampaikan pada sepupunya sy turut berduka. Ini pasti berat, tapi insyaaAllah kita wanita-wanita pilihan-Nya😢

      Aamiin allohuma aamiin, insyaaAllah kelak akan bertemu kembali menjadi salah satu sumber kekuatan saya. Makasih banyak doanya mbak🙏

      Hapus
  11. Semangat mbaa, kehilangan orang yang dicintai itu memang gak mudah dilupakan. Saya mungkin bila di posisi mba akan lebih rapuh. Bahagia selalu ya mba, salam kenal dari saya iidyanie :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali, semoga aku dapat kembali bangkit dari doa-doanya yg mbak kirimkan. Makasih banyak mbak 🙏

      Hapus
  12. Wah berderai juga air mata membacanya mba...
    membayangkan jika yang mba alami suatu saat terjadi di kehidupan saya...
    sampai kapanpun rasanya saya tidak akan siap...
    Tapi apapun di dunia ini pasti ada akhirnya. Siap maupun tidak siap..

    Semoga Apap ditempatkan bersama orang-orang yang beriman, Aamiin ya Allah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, betul mbak. Semua kembali pada-Nya, akunya saja yang tak banyak persiapkan diri jadi sangat sakit sekali :(

      Hapus
  13. Saya termasuk orang yang tidak siap, terlebih mengingat belum menjadi pendamping yang baik, anak menantu saudara, semuanya terasa masih banyak sekali hal yang belum saya perbaiki. Semoga suami Mbak mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. Tidak ada lagi rasa sakit dan kesedihan di sana. Yang ada adalah bahagia dan sehat sempurna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, memang tidak semudah itu juga mempersiapkan diri walau kita tahu semua akan kembali :(

      Hapus
  14. Mbak Chriesty...aku nangis... kadang masih suka sebel2 gimana gitu ama suami sendiri huhuu... gak bs bilang2 apa2 lg deh selain mendoakan Amam dan anak2 semoga selalu diberi kekuatan dan kesehatan setiap harinya... peluk amam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak, insyaaAllah doa-doa dari teman-teman seperti ini menambah kekuatanku setiap harinya. Makasih banyak mbak ❤️

      Hapus
  15. Mba, aku baca sembari nangis. Mba kuat banget. Semoga amam, kakang dan adik sehat selalu ya. Peluk dari jauh ya mba❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku gak sekuat itu mbak :(
      Tapi berusaha kuat karena tak punya pilihan lain, aamiin terima kasih banyak sudah berkenan mendoakan kami❤️

      Hapus
  16. Aku bacanya ga kuat oengen nangis , yang kuat ya mba semoga Allah memudahkan segala urusan mba dan mba bersama anak2 selalu diberi kesehatan juga rejeki yang berlimpah dan sellalu dalam lindungan Allah swt amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, terima kasih banyak sudah berkenan mampir dan mendoakan kami mbak❤️🙏

      Hapus
  17. Masyaalloh cerita ny mbak.. ak jdi membayangkan gmna kalo hal itu terjadi sma ak.. ky nya g akan kuat.. peluk drinjauh mbak.. ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga cukup hanya aku saja mbak, semoga mbak dan suami diberikan kesehatan dan dapat bersama sampai tua❤️

      Hapus
  18. Terimakasih sudah berbagi mbak, aku jadi mengerti apa mesti dilakukan jika berhadapan dengan kondisi seperti ya alami. Sedih tapi tetap semangat mba demi anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah mbak, aku terus berusaha. Terima kasih sudah mampir ya🙏

      Hapus
  19. Aku pernah punya tetangga seorang ibu dari Bandung, kak..
    Beliau selalu cerita tentang memorinya tentang suaminya.
    Suaminya terlalu baik sehingga beliau masih suka mengingatnya sambil cerita. Tapi di balik itu semua saya kagum beliau bisa bercerita dengan mata berbinar meskipun sudah lama suaminya meninggal. Rasa cintanya selalu terlihat dari ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Someday aku berharap seperti itu Kak, aku pengen cerita semua kebaikan suamiku tanpa harus ada air mata lagi. Walaupun mungkin prosesnya takkan cepat, salam untuk keluarganya yg di Bandung itu ya Kak❤️

      Hapus
  20. Maaf bun, saya turut bersedih. Tapi demi anak-anak juga bunda harus kuat. Saya juga punya anak yang masih kecil. Pasti hancur hati tsb sebelum dapat menerima segalanya. Semangat bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah Bun, aku terus berusaha. Terima kasih supportnya ya❤️

      Hapus
  21. Semangat ya mbak, inshaallah setiap lgkah dikuatkan sm allah dan anak. Inshaallah bs berkumpull kembali nanti disurganya allah taala 🙏

    BalasHapus
  22. baca ini smbil nangis. ikut sedih bacanya tapi demi anak harus kuat ya bunda

    ga ngebayangi gmna kalo terjadi sama aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga cukup hanya aku saja yang mengalami mbak, semoga mbak dan suami diberikan kesehatan dan dapat bersama sampai tua❤️

      Hapus
  23. Ya Allah, kuatkan pijakan kaki dan hati ya mbak. Mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah. Jujur saja saya speechless membaca ini. Kalau saya di posisi mba juga pasti sakit dan nyesek banget dada ini. Sehat sellau ya mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, insyaaAllah aku terus berusaha bangkit mbak. Terima kasih sudah berkenan mendoakan ya🙏

      Hapus
  24. Al Fatihah untuk almarhum suaminya, Mbak
    Semangat melanjutkan hidup bersama Kakang dan Adik yang butuh Amamnya tersenyum bersama mereka
    Insya Allah dimudahkan dan dilancarkan.
    Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, insyaaAllah aku terus berusaha bangkit mbak. Terima kasih sudah berkenan mendoakan mbak🙏

      Hapus
  25. Turut berduka ya mom, semoga Allah senantiasa memberi kekuatan dan memampukan untuk mendampingi tumbuh kembang anak2..semangat 🤗🤗

    BalasHapus
  26. Siapa yang menaruh bawang di sini. Hiks.. berkaca-kaca aku bacanya. Memang benar, keberadaaan dan kebersamaan kadang disepelekan karena belum tau bagaimana rasanya kehilangan. Huhu.. sebuah peringatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maafkan berbagi kesedihan ya mbak, semoga catatanku ini dapat diambil kebaikannya 🙏

      Hapus
  27. Semoga mom dikuatkan Allah dan selalu dalam lindunganNYA. Semangat ya mom sayang. Aku ikut belajar dr pengalaman mom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga catatan ini dapat diambil baiknya🙏

      Hapus
  28. Innalilahi wa innailaihi rojiuuun.. tetep semangat ya Bun, jangan putus asa...karena bunda ga sendiri🥰🥰🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah Kak, masih terus berusaha bangkit. makasih banyak ya❤️

      Hapus
  29. Innalilahi.. insya Allah husnul khotimah.. semangat ya mom.. membersamai anak2 🥰

    BalasHapus
  30. baca ini aku berkaca kaca , ga tau kalo terjadi sama aku pasti sesek juga, semangat yah mom semoga allah selalu melindungi mom dan anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Allah cukupkan terjadi hanya padaku mbak, aamiin. Makasih banyak doanya ya ❤️

      Hapus
  31. Masyaallah perjuangan sekali mbak, memang orang tua mana sih yang ingin anaknya kenapa kenapa,.pasti inginnya yang terbaik...semoga lekas sembuh buah hatinya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah anak-anak sehat semua mbak, gak kekurangan satu apapun :)

      Hapus
  32. Amam tetep semangat ya. Walau aku pun ikut sedih baca curahan hati amam. Tapi i know amam kuat demi anak2 dan apap 🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mom Biruuu, makasih udah mampir ya. Aamiin, aku terus berusaha demi diri sendiri dan anak-anak ❤️

      Hapus
  33. Innalillahi.. Ya Allah kak, aku baca tulisan nya aja sedih banget :(
    semoga diberi kekuatan sm Allah ya kak, dan semoga di kehidupan selanjutnya kalian bisa ketemu lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, keyakinan ini yang menjadi salah satu penguatku. Someday Allah pertemukan lagi, insyaaAllah ❤️

      Hapus
  34. Turut berduka ya mom. Aku ga sanggup nahan nangis bacanya. Insya Allah Sang kekasih hati husnul khotimah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin allohuma aamiin, makasih banyak doanya mom🙏

      Hapus
  35. Bismillah kuat kak. ALLAH selalu bersama dengan hamba2Nya yang bertawakal. Doa baik untuk kakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin makasih banyak sudah berkenan mendoakan Kak, insyaaAllah berusaha untuk tegak berdiri.

      Hapus
  36. Kenal kang rizky Rahimullah sebagai pribadi yang inshaaAllah baik, mrndidik, menghibur, care. Chriesty temen sekelas bbrp tahun juga pribadi yang baik.. sedikit tau kedekatan mrk dari SMA.
    Bersyukur krn pernah melihat salah satu kisah indahnya cerita Allah dalam menyatukan dua insan. Semoga Allah menyatukan kalian kembali di Jannah. ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alvin, makasih banyak udah mampir dan mendoakan kami ya. Aamiin, ini yang jadi salah satu sumber kekuatan aku juga bahwa someday Allah pertemukan kembali. InsyaaAllah..

      Hapus
  37. Subhanallah... spechless saya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uniiii, terima kasih sudah mampir. Mohon doanya ya🙏

      Hapus
  38. Masya Allah teteh sy nangis bacanya..
    Speechless gatau mau ngomong apa, cuman pengen meluk aja... 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teeehh, nuhuun ya🙏

      Semoga teteh dan suami Allah beri kesehatan hingga bisa membesarkan anak-anak bersama sampai tua❤️

      Hapus
  39. Cuma mau peluuuukkk.. Peluuuk virtual mbaa Chriesty

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbaaakkk❤️🤗, makasih banyak sudah mampir ya🙏

      Hapus
  40. Mbak chriesty cantik kuat hebat, semangat Mbaak 🤗🥲 nggak kebayang mbaa ditinggal pasangan hidup 😭 mungkin ini juga yang dialami ibu saya waktu bapak nggak ada. Saya nggak bisa apa-apa, buat memberi semangat pun nggak bisa di awal-awal dulu. Cuma bisa membiarkan beliau melewati 5 stages of grievingnya sambil nunjukin kalau kami anak-anaknya selalu ada..

    BalasHapus